Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan manufaktur elektronik, Hon Hai Precision Industry Co. atau Foxconn menyebut terbuka untuk membeli saham Renault SA di Nissan Motor Co. Langkah tersebut dapat memberikan bantuan bagi produsen mobil Jepang yang sedang mengalami krisis.
Melansir Bloomberg pada Rabu (12/2/2025), Ketua Hon Hai Technology Group (Foxconn) Young Liu menyebut perusahaan asal Taiwan tersebut telah melakukan pendekatan kepada Nissan dan Honda Motor Co. mengenai potensi kerja sama.
Mitra produksi utama Apple Inc. itu sebelumnya telah mempertimbangkan untuk mengambil 36% saham Nissan dari perusahaan Prancis Renault tersebut.
Hon Hai, yang selama bertahun-tahun menjadi produsen iPhone dan elektronik terbesar untuk merek global, telah merambah ke arena baru seperti kendaraan listrik untuk mengimbangi penjualan ponsel pintar yang melambat.
Foxconn telah mengambil sikap menunggu dan melihat di tengah rencana Honda dan Nissan untuk menyusun strategi integrasi bisnis mereka. Produsen mobil Jepang itu kini mempertimbangkan untuk mengakhiri pembicaraan aliansi mereka.
“Jika ada kebutuhan operasional, kami akan mempertimbangkannya,” kata Liu ketika ditanya apakah Foxconn akan membeli saham Renault di Nissan. “Tetapi membeli saham bukanlah tujuan kami – tujuan kami adalah kerja sama.”
Baca Juga
Saham Nissan di Bursa Tokyo sempat mengurangi kerugian menyusul komentar Liu sebelum kembali turun. Harga saham anjlok 6,5% pada perdagangan sore.
Perwakilan Honda menolak berkomentar apakah ada pertemuan dengan Hon Hai atau tidak. Juru bicara Nissan mengatakan bahwa perusahaannya mengetahui laporan tersebut, tetapi menolak memberikan tanggapan lebih lanjut.
Nissan telah berjuang selama bertahun-tahun dengan kepemimpinan yang sering berganti dan jajaran mobil yang kurang diminati. Kombinasi dengan Honda berpotensi menciptakan salah satu produsen mobil terbesar di dunia, yang memiliki skala lebih besar untuk menghadapi laju perubahan yang cepat akibat persaingan dari perusahaan-perusahaan baru yang lebih gesit serta peningkatan efisiensi baterai.
Di China, produsen mobil Jepang mulai kehilangan daya saing dibandingkan dengan produsen lokal yang dipimpin oleh BYD Co., sementara rantai pasokan mereka – yang telah dibangun selama beberapa dekade – menghadapi tantangan besar akibat peralihan ke kendaraan listrik.
Keterlibatan Hon Hai mungkin membantu Nissan bertahan sebagai perusahaan, kata Senior Strategist Daiwa Securities, Shuji Hosoi. “Tetapi belum jelas apakah hal ini akan melindungi lapangan kerja atau berdampak baik bagi perekonomian Jepang,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa ini adalah pandangan pribadinya, bukan pandangan resmi Daiwa Securities. “Ada risiko besar bahwa Nissan akan diturunkan menjadi sekadar pabrikan perakitan, seperti halnya Sharp.”
Produsen elektronik Jepang, Sharp Corp., berada di ambang kebangkrutan sebelum menerima suntikan modal dari Hon Hai pada tahun 2016.
Selama setahun terakhir, Hon Hai mendapat manfaat dari melonjaknya permintaan server Nvidia Corp. yang mendukung pengembangan AI. Namun, di sektor kendaraan listrik, pembuat elektronik kontrak terbesar di dunia ini belum mampu memperoleh pijakan yang kuat.
“Dari sudut pandang Hon Hai, ini bukanlah kasus merger, tetapi kemitraan,” kata Liu ketika ditanya tentang kemungkinan merger dengan Nissan. “Bagaimana kami bisa bermitra dengan produsen mobil Jepang? Kami bertemu dengan banyak perusahaan, dan Nissan serta Honda termasuk di antaranya.”