Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menyebutkan beberapa rute penerbangan yang berisiko terganggu akibat dampak konflik antara Iran dan Israel.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menuturkan pihaknya terus memonitor perkembangan situasi konflik antara Iran dan Israel. Dia mengatakan, kegiatan penerbangan yang dijalankan perseroan hingga saat ini belum mengalami perubahan yang disebabkan oleh konflik ini.
"Hingga saat ini tidak ada perubahan penerbangan terkait situasi ini [konflik Iran-Israel]," ujar Irfan saat dikonfirmasi, Selasa (16/4/2024).
Irfan menuturkan, sejumlah rute penerbangan yang berisiko terganggu akibat konflik ini di antaranya adalah tujuan Amsterdam, Belanda, Arab Saudi, dan Qatar. Adapun, rute ke Doha, Qatar belum lama ini baru saja dibuka oleh perusahaan dan bekerja sama dengan maskapai Qatar Airways.
Dia memastikan, penerbangan pada rute-rute tersebut masih aman sejauh ini. Namun, dia menyebut Garuda Indonesia siap merespons dengan sejumlah langkah jika ke depannya terjadi eskalasi konflik. Namun, Irfan tidak memperinci secara detail langkah-langkah mitigasi yang disiapkan oleh perseroan.
"Kita pasti akan merespons jika nanti situasinya memburuk," jelas Irfan.
Baca Juga
Sebelumnya, pemerhati penerbangan Alvin Lie menuturkan, salah satu dampak terjadinya perang ini adalah mulai ditutupnya ruang udara sejumlah negara. Alvin menuturkan, eskalasi konflik antara kedua negara akan memicu lebih banyak negara untuk menutup ruang udaranya demi keselamatan penerbangan.
Penutupan ruang udara ini akan menimbulkan efek negatif bagi maskapai yang mengoperasikan rute dari kawasan Eropa menuju Indonesia atau sebaliknya.
Dia mengatakan, tertutupnya ruang udara sejumlah negara akan membuat maskapai menempuh rute yang melambung. Hal ini berakibat pada bertambahnya durasi penerbangan yang harus ditempuh baik dari Eropa menuju Indonesia atau pun sebaliknya.
"Tentu ini akan berakibat pada konsumsi bahkan bakar yang lebih tinggi. Selain itu, biayanya juga akan lebih mahal untuk penerbangan rute ini," jelas Alvin.
Selain itu, konflik Iran-Israel juga akan berdampak negatif pada sektor angkutan ekspor-impor melalui moda udara. Dia menuturkan, biaya angkutan dengan moda udara akan naik seiring dengan bertambahnya durasi penerbangan.