Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) buka suara terkait rencana investasi sektor migas di Iran di tengah konflik yang semakin memanas di Timur Tengah.
Konflik terbuka antara Iran dan Israel diperkirakan bakal memakan waktu panjang, sehingga berpotensi menambah deretan rintangan ekseskusi investasi Pertamina di wilayah Migas Iran selain persoalan embargo dari Amerika Serikat (AS).
Vice president Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan bahwa rencana investasi Pertamina di Iran masih ditahan.
“Masih di-hold karena negaranya [Iran] masih terkena sanksi,” kata Fadjar saat dihubungi Bisnis, Senin (15/4/2024).
Adapun, dalam catatan Bisnis pada 2016 lalu, Pertamina telah meneken nota kesepahaman atau MoU dengan Iran untuk mengelola blok prospektif, yaitu Blok Mansouri
Bahkan, dalam lawatan dua hari Presiden Iran, Seyyed Ebrahim Raisi, ke Indonesia pada 23-24 Mei 2023 lalu, nota kesepahaman itu pun kembali dibahas.
Baca Juga
Selepas 2 tahun sejak penawaran lapangan, Pertamina telah menyiapkan anggaran US$1,5 miliar untuk pengelolaan Blok Mansouri selama kurun waktu 5 tahun. Namun, rencana finalisasi akuisisi itu mesti ditunda seiring dengan sanksi ekonomi yang diberikan Amerika Serikat (AS) atas Iran pada pertengahan 2018.
Berdasarkan catatan Bisnis, total cadangan Lapangan Ab-Teymour dan Mansouri diperkirakan mencapai 5 miliar barel. Kedua lapangan tersebut dalam tahap produksi, yakni 48.000 barel per hari (bph) untuk Lapangan Ab-Teymour dan 54.000 bph untuk Lapangan Mansouri. Namun, perseroan hanya akan fokus pada Mansouri lebih dulu.
Nilai investasi yang digelontorkan oleh Pertamina di Iran itu bakal digunakan untuk perbaikan sumur yang sudah ada dan mengebor beberapa sumur lainnya. Karakter Blok Mansouri ini pun sudah siap produksi sehingga Pertamina tidak perlu memulai dari awal seperti eksplorasi.
Nantinya, kontrak Pertamina di sana akan berbentuk contract service bukan production sharing contract (PSC). Jadi, perseroan akan mendapatkan bayaran sesuai dengan service yang dilakukan.
Dengan skema kontrak itu, Pertamina masih belum ada detail potensi minyak yang bisa dibawa ke Indonesia. Namun, Pertamina bisa menukar komisi service dengan minyak yang sudah diproduksi.