Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Pangan Jelang Lebaran: Bawang & Daging Ayam Meroket, Beras Masih Mahal

Harga pangan pokok strategis, seperti bawang, beras, daging ayam, hingga minyak goreng terpantau mengalami lonjakan jelang Lebaran 2024.
Pedagang memotong daging ayam di salah satu pasar tradisional di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (20/1/2024)/Bisnis-Abdurachman
Pedagang memotong daging ayam di salah satu pasar tradisional di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (20/1/2024)/Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas komoditas pangan pokok strategis, seperti bawang, beras, cabai, daging ayam hingga minyak goreng terpantau mengalami lonjakan harga jelang Lebaran 2024.

Berdasarkan data Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), dikutip Selasa (9/4/2024), rata-rata harga beras premium di tingkat pedagang eceran sebesar dalam sepekan (2-9 April 2024) naik 4,78% atau Rp770 menjadi Rp16.880 per kilogram (kg).

Demikian pula harga beras medium yang mengalami kenaikan sebesar 4,94% atau Rp690 menjadi Rp14.650 per kg.

Harga beras tersebut masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp14.900—15.800 per kg untuk beras premium dan Rp10.900—11.800 per kg untuk beras medium.

Lalu, harga bawang merah terpantau melonjak hingga 16,51% atau Rp7.010 per kg ke level Rp49.470 per kg, sedangkan harga bawang putih bonggol melonjak 19,56% atau Rp8.380 ke level Rp51.220 per kg.

Selanjutnya, harga cabai bergerak bervariasi. Harga cabai rawit merah tembus Rp66.020 per kg, naik 19,08% atau Rp10.580. Sebaliknya, harga cabai merah kriting terpantau berada di level Rp55.290 per kg, turun 0,43% atau Rp240.

Untuk harga pangan sumber protein hewani, seperti daging ayam dan telur juga mengalami kenaikan. Harga daging ayam ras naik 27,02% atau Rp10.620 menjadi Rp49.920 per kg dan harga telur ayam ras naik 17,2% atau Rp5.330 menjadi Rp36.320 per kg.

Sementara itu, harga daging sapi murni terpantau mengalami penurunan Rp18.800 atau 13,31% menjadi Rp122.470 per kg.

Komoditas pangan lain yang mengalami kenaikan adalah minyak goreng kemasan sederhana. Harga minyak goreng kemasan dalam sepekan ini telah naik Rp3.280 atau 18,31% menjadi Rp21.910 per liter.

Harga minyak goreng curah juga melambung 22,46% atau Rp3.580 per liter menjadi Rp19.520 per liter.

Selain itu, rata-rata harga gula konsumsi juga mengalami kenaikan sebesar 4,4% atau Rp790 menjadi Rp18.760 per kg, sementara harga tepung terigu (curah) melambung 16,76% atau 1.780 menjadi Rp12.400 per kg.

Berbagai jenis ikan juga terpantau mengalami kenaikan. Harga ikan kembung naik menjadi Rp38.730 per kg, ikan tongkol naik menjadi Rp38.070 per kg, dan ikan bandeng naik menjadi Rp35.240 per kg.

Selanjutnya, harga kedelai biji kering (impor) naik menjadi Rp15.620 per kg, jagung tk peternak naik menjadi Rp10.630 per kg, garam halus beryodium naik menjadi Rp15.920 per kg, dan tepung terigu kemasan (noncurah) naik menjadi Rp14.190 per kg.

Inflasi Pangan

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi harga bergejolak (volatile food) pada Maret 2024 mencapai 10,33% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa tingkat inflasi pada komponen harga bergejolak, termasuk harga pangan, tersebut merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2022.

Inflasi harga bergejolak tertinggi sebelumnya tercatat pada Juli 2022 sebesar 11,47%. Artinya, tingkat inflasi harga bergejolak pada Maret 2024 merupakan yang tertinggi dalam 20 bulan terakhir.

“Inflasi harga bergejolak pada Maret 2024 naik 10,33%, ini tertinggi sejak Agustus 2022. Pada Juli 2022 sempat terjadi inflasi volatile food sebesar 11,47% yang lebih tinggi,” katanya dalam konferensi pers, Senin (1/4/2024).

Amalia juga menyampaikan bahwa tekanan inflasi harga bergejolak juga memberikan andil inflasi terbesar pada Maret 2024, yaitu sebesar 1,64%.

“Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga bergejolak adalah beras, daging ayam ras, cabai merah, telur ayam ras, bawang putih, dan tomat,” jelasnya.

BPS mencatat komoditas beras masih mengalami inflasi secara bulanan sebesar 2,06% (month-to-month/mtm) dan memberikan andil inflasi sebesar 0,09%. Meski demikian, Amalia menuturkan, tekanan inflasi beras mulai melemah seiring dengan dimulainya panen raya.

“Mundurnya masa tanam yang diikuti masa panen berdampak pada pola pembentukan harga beras,” kata Amalia.

Amalia menuturkan, pada awal 2023, harga beras sempat tiga kali mengalami inflasi secara bulanan yang cukup tinggi, yakni pada Januari-Maret 2023.

Kemudian, pada April 2023-Maret 2024, inflasi beras sempat naik tinggi pada September 2023. Kondisi ini dipicu oleh fenomena El Nino dan pembatasan ekspor beras di pasar global oleh sejumlah negara lain.

“Ini juga menyebabkan tekanan harga di tingkat global,” ujarnya.

Lebih lanjut, Amalia menyebut, inflasi beras secara bertahap, mulai mereda dan kembali naik cukup tinggi di Februari 2024 sebelum terjadi panen raya. BPS mencatat inflasi beras pada Februari 2024 mencapai 5,32% secara bulanan.

“Pada Maret 2024 tekanan inflasi beras terlihat mulai melemah seiring dengan mulainya panen raya. Artinya, terjadi peningkatan produksi beras domestik,” ungkapnya. (Maria Elena)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper