Bisnis.com, JAKARTA — PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berkomitmen untuk menyelesaikan investasi pengembangan tambang dan smelter yang tertuang dalam rencana izin usaha pertambangan khusus (IUPK).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif telah menyampaikan rancangan SK Izin Usaha Pertambangan Khusus atau IUPK INCO kepada Menteri Investasi Bahlil Lahadalia melalui surat No T-154/MB.04/MEM.S/2024 tanggal 22 Maret 2024.
Arifin membeberkan, total investasi yang disanggupi INCO senilai US$11,2 miliar atau sekitar Rp178,34 triliun (asumsi kurs Rp15.923 per US$) untuk pengembangan tambang dan smelter di Sulawesi. Otoritas mineral dan batu bara memberi tenggat realisasi investasi itu dari 2026 sampai dengan 2029.
Wakil Presiden Direktur Andriansyah Chaniago menuturkan, besarnya nilai investasi yang tertuang dalam rencana IUPK itu turut memperhitungkan masuknya proyek baru, yakni SOA HPAL, dengan nilai investasi Rp30 triliun (pabrik dan tambang).
“Ya, itu yang baru masuk, seluruh area itu harus ada rencana pengembangannya termasuk itu juga,” kata Andriansyah saat ditemui di DPR, Jakarta, Rabu (3/4/2024).
Andriansyah mengatakan, perseroannya bakal berupaya untuk mengejar realisasi investasi yang telah dikomitmenkan dalam rencana IUPK tersebut. Hanya saja, kata dia, hingga saat ini INCO belum menerima IUPK tersebut dari otoritas investasi.
Baca Juga
“IUPK-nya sendiri belum sampai di kami, Pak Menteri ESDM tadi sudah disampaikan sudah dimasukkan ke Menteri Investasi mudah-mudahan tidak lama lagi akan ke kami,” tuturnya.
Setidaknya terdapat empat proyek milik INCO yang sedang berjalan, yaitu proyek Sorowako HPAL, SOA HPAL, Bahodopi RKEF, dan stainless steel, serta Pomalaa HPAL.
Lebih terperinci, Sorowako HPAL adalah kerja sama INCO dengan Huayou untuk pembangunan pabrik HPAL dengan kapasitas 60.000 Ni per tahun dalam MHP. Proyek dengan nilai investasi Rp30 triliun disebut akan menggandeng pabrikan otomotif atau non-investor China, seperti POSCO, LG Chem, Ford, dan VW.
Konstruksi Sorowako telah dimulai sejak akhir 2023 dan akan melakukan hilirisasi lebih lanjut hingga prekursor atau bahan dasar baterai.
Selanjutnya adalah Proyek Bahodopi RKEF dan Stainless Steel dengan nilai investasi mencapai Rp34 triliun. Kapasitas pabrik RKEF adalah sekitar 73.000-80.000 ton Ni per tahun dalam FeNi dan menggandeng TISCO dan Xinhai.
RKEF ini digadang-gadang akan menjadi RKEF dengan intensitas emisi karbon terendah kedua setelah Sorowako karena tidak menggunakan batu bara melainkan gas bumi. Hilirisasi lebih lanjut hingga stainless steel.
Kemudian, Proyek Pomalaa HPAL dengan kapasitas hingga 120.000 ton Ni per tahun. INCO menggandeng Huayou dan Ford untuk investasi dengan nilai Rp66 triliun termasuk pabrik dan tambang. Saat ini, konstruksi sedang berjalan dengan hilirisasi lebih lanjut hingga prekursor atau bahan dasar baterai.
Terakhir adalah Proyek SOA HPAL dengan nilai investasi hingga Rp30 triliun. Proyek ini telah menyelesaikan eksplorasi tahap akhir dengan potensi pabrik HPAL minimal 60.000 ton Ni per tahun dalam MHP. Proyek ini akan menggandeng produsen otomotif lainnya untuk hilirisasi lebih lanjut hingga prekursor.