Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awas! Fenomena La Nina Mengancam Komoditas Pangan RI

Bapanas menyiapkan langkah antisipasi untuk mengamankan komoditas pangan, utamanya hortikultura dalam menghadapi fenomena cuaca La Nina.
Foto udara sawah yang terendam banjir di Desa Sukaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (4/3/2023). Menurut data Kementerian Pertanian 6000 hektare sawah di Kabupaten Bekasi terendam banjir dan akan mendata serta memberikan bantuan bibit untuk petani yang terdampak. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/nz
Foto udara sawah yang terendam banjir di Desa Sukaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (4/3/2023). Menurut data Kementerian Pertanian 6000 hektare sawah di Kabupaten Bekasi terendam banjir dan akan mendata serta memberikan bantuan bibit untuk petani yang terdampak. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/nz

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyiapkan langkah antisipasi untuk mengamankan komoditas pangan, utamanya hortikultura dalam menghadapi fenomena cuaca La Nina.

Kepala Biro Perencanaan, Kerjasama, dan Humas Bapanas, Budi Waryanto, menyampaikan, Indonesia sudah cukup berpengalaman dalam menghadapi hujan ekstrem pada 2022. 

Untuk itu, Bapanas akan berkomunikasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan) agar masa tanam hingga panen produk hortikultura ini tepat waktu, sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Termasuk bagaimana menjadwalkan agar tanam dan panennya tepat berdasarkan peta-peta yang sudah di prediksi BMKG,” kata Budi dalam diskusi publik bertajuk ‘Ketersediaan dan Keterjangkauan Harga Pangan Jelang dan Pasca Lebaran 2024’, Rabu (27/3/2024).

Pemerintah juga berencana untuk memantau daerah-daerah sentra hortikultura seperti sentra cabai di Garut Jawa Barat, dan sentra bawang merah di Brebes dan Solo Jawa Tengah.

Budi menyebut, daerah-daerah ini akan mendapat perhatian lebih utamanya pada manajemen penanaman dan panen agar produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Di sisi lain, Bapanas memiliki program bantuan cold storage untuk wilayah sentra produksi. Budi mengatakan, program tersebut menjadi solusi bagi para petani untuk menyimpan sementara hasil panen yang berlebih maupun ketika harga di pasar mengalami kontraksi.

Budi mengharapkan, cold storage tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik mengingat sifat produk hortikultura yang mudah rusak.

Menurutnya, dengan manajemen penanaman yang baik dan didukung dengan teknologi yang canggih, dampak La Nina terhadap sejumlah komoditas pangan dapat diminimalisir. Dengan demikian, ketersediaan pangan tetap terjaga dan harga stabil di pasar.

BMKG sebelumnya memperkirakan fenomena El Nino akan menuju netral pada periode Mei hingga Juni 2024. Setelahnya, fenomena suhu lautan pasifik akan berganti menuju fase La Nina pada kuartal berikutnya.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut, Indonesia mulai memasuki fase La Nina pada periode Juli sampai dengan September 2024. Fenomena cuaca ini akan membuat Indonesia sering mengalami hujan, risiko banjir, hingga badai tropis.

“Jadi dari El Nino netral, setelah triwulan ketiga Juli, Agustus, September 2024 berpotensi beralih menjadi La Nina lemah,” jelasnya saat konferensi pers, dikutip Minggu (17/3/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper