Bisnis.com, JAKARTA - Menguatnya potensi La Nina telah membuat para petani biji-bijian waspada khususnya di Argentina, salah satu negara eksportir terbesar di dunia.
Mengutip Reuters pada Senin (25/3/2024), fenomena La Nina diperkirakan kuat terjadi pada Oktober 2024. Menurut bursa biji-bijian Rosario, fenomena ini biasanya membawa cuaca kering dengan curah hujan yang lebih rendah.
“Analisis yang dilakukan dengan data dari organisasi internasional di Pasifik menunjukkan tren yang jelas: kemungkinan 77% terjadinya peristiwa ‘La Nina’ pada bulan Oktober 2024,” jelas Bursa tersebut dalam laporannya, menilai informasi ini sebagai hal yang mengkhawatirkan.
Kondisi kering menjelang akhir tahun akan mempengaruhi perkembangan sebagian tanaman gandum di Argentina. Tak hanya itu, penanaman jagung dan kedelai juga akan berpengaruh pada musim 2024/2025 mendatang.
Untuk diketahui, Argentina baru saja pulih dari fenomena La Nina selama tiga tahun berturut-turut. Fenomena cuaca ini menghantam panen pada tahun 2022/2023 dengan sangat keras, sehingga mengurangi separuh produksi kedelai, jagung dan juga gandum.
Pihak Bursa tersebut mengatakan bahwa tingkat pendinginan yang diproyeksikan jarang terlihat dalam 25 tahun terakhir. Hal ini mengacu pada percepatan angin pasar khatulistiwa yang terkait dengan La Nina, sehingga menyebabkan pendinginan Pasifik di Khatulistiwa.
Baca Juga
“Untuk menemukan pendinginan serupa kita harus kembali ke akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008,” terangnya.
Diketahui bahwa Kedelai dan Jagung di Argentina berada dalam tahap pertumbuhan, dengan memanfaatkan curah hujan yang melimpah akibat fenomena El Nino. Bursa Rosario memperkirakan bahwa panen kedelai pada 2023/2024 sebesar 49,5 juta ton dan tanaman jagung yang sebesar 57 juta ton.
Di lain sisi, mengutip LatinAmerican Post, cengkraman La Nina juga dapat meluas ke Brasil, Uruguay, dan Paraguay, sehingga menyoroti kerentanan regional. Adapun Brasil, salah satu negara dengan raksasa pertaniannya, mengalami penurunan hasil dalam komoditas kedelai dan kopi akibat kekeringan La Nina. Hal ini kemudian mempengaruhi pasar global yang bergantung pada komoditas ini.
Fenomena La Nina di Indonesia
Berdasarkan catatan Bisnis, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa Indonesia akan mengalami fenomena alam La Nina.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan saat ini fenomena El Nino moderat masih berlangsung dengan nilai indeks 1,59 hingga awal Maret 2024. Nantinya, secara gradual El Nino akan beralih menjadi netral.
Indonesia diperkirakan akan memasuki fenomena La Nina pada periode Juli-September 2024. Fenomena ini akan membuat Indonesia sering mengalami hujan, risiko banjir hingga badai tropis.
“Jadi dari El Nino netral, setelah triwulan ketiga Juli, Agustus, September 2024 berpotensi beralih menjadi La Nina lemah,” terangnya.