Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki babak usia ke-50 tahun, Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta mulai sibuk meremajakan kamar hingga fasilitas hotel. Usia setengah abad menjadi momentum Sahid untuk tampil lebih segar.
President Director of Sahid Hotels & Resorts Hariyadi Sukamdani mengatakan grupnya tengah merenovasi sekitar 80 kamar dengan nilai anggaran tahun ini sekitar Rp32 miliar.
Hariyadi menargetkan renovasi kamar bisa dikerjakan sebanyak 250 unit sampai 2025 mendatang. Grand Sahid Jaya Jakarta memiliki 721 kamar keseluruhan saat ini.
Selanjutnya peremajaan bakal menyasar pada coworking space hingga fasilitas dasar hotel.
“Tahun ini kita kamar saja, tahun depan public space, kalau keburu tahun depan, fasilitas dasarnya kalau tidak semester I 2026,” kata Hariyadi saat ditemui selepas acara ulang tahun Hotel Grand Sahid Jaya di Jakarta, Sabtu (23/3/2024).
Hariyadi berharap peremajaan kamar dan tampilan Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta itu dapat mengerek pendapatan perusahaan sampai 15% setiap tahunnya.
Baca Juga
Menurut dia, target itu cukup beralasan lantaran nilai aset Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta yang terbilang besar saat ini di usia ke-50.
Sementara, pertumbuhan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) belum signifikan mengikuti asumsi nilai aset hotel tersebut.
Dia merefleksikan usia 50 tahun bagi Grand Sahid Jaya Jakarta adalah momentum untuk menaikan EBITDA.
“Dengan jumlah aset yang ada itu masih ketinggalan sama nilai asetnya sekarang ini, kita lagi upayakan EBITDA-nya naik bisa besar karena kalau nilai asetnya tinggi EBITDA-nya kecil kan tidak bagus,” kata dia.
Mula-mulanya, Hotel Grand Sahid Jaya dibangun untuk menyambut acara konferensi pariwisata tingkat pasifik atau The Pacific Asia Travel Association (PATA).
Saat itu, 24 Maret 1974 hotel diresmikan Presiden RI Ke-2 Soeharto. Setelahnya, kata Hariyadi, sejumlah capaian penting telah diraih Sahid Jaya setelah 50 tahun beroperasi sampai saat ini.
“Selama 50 tahun ini kita betul-betul dinamika ekonomi ya. Kita pernah ketemu tahun 1974 itu Malari kita ketemu krisis 80-an pada waktu itu devaluasi rupiah terhadap dolar cukup besar,” kata dia.