Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bapanas Ungkap Risiko Panen Raya Gagal Optimal Akibat Banjir, Bakal Impor Lagi?

Bapanas menyebut panen raya berisiko tidak optimal akibat musibah banjir
Bapanas Ungkap Risiko Panen Raya Gagal Optimal Akibat Banjir, Bakal Ekspor Lagi?. Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Bapanas Ungkap Risiko Panen Raya Gagal Optimal Akibat Banjir, Bakal Ekspor Lagi?. Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa panen raya, yang digadang menjadi kunci ketersediaan stok beras, berisiko tidak optimal akibat banjir.

Arief memerinci bahwa proyeksi panen padi pada Maret 2024 akan mengalami kenaikan, dari yang diprediksi 3,5 juta ton awalnya, tetapi diyakini akan mengalami kenaikan menjadi 3,8 juta ton.

Alhasil, dia melanjutkan bahwa terdapat potensi sebesar 300.000 ton tambahan hasil panen padi yang diprediksi Bapanas.

"Maret ini proyeksinya 3,5 juta ton malah naik jadi 3,8 juta ton," ujarnya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (19/3/2024).

Meski begitu, dia melanjutkan bahwa banjir yang membayangi panen raya ditaksi akan terjadi pada April 2024. Apabila, hal tersebut benar terjadi maka setidaknya ada 17.000 hektare lahan sawah akan terendam.

Alhasil, dia menyebut bahwa banjir akan mempengaruhi produksi padi yang diprediksi turun sebanyak 20.000 ton, yakni dari awalnya 4,92 juta ton menjadi hanya 4,9 juta ton.

"Kemudian di April 4,92 juta turun jadi 4,9 juta terkoreksi karena ada 17.000 hektare yang memang terendam," katanya.

Padahal, Arief mengatakan produksi dalam negeri memegang peran penting dalam ketahanan stok cadangan beras pemerintah.

Oleh sebab itu, arahan terbaru Presiden Joko Widodo (Jokowi), stok beras harus dijaga di level 2 juta ton dari sebelumnya hanya 1,2 juta ton. Sehingga, dia tak menutup kemungkinan apabila pemerintah akan kembali membuka keran import.

“Ketersediaan itu tentunya kami memprioritaskan produksi dalam negeri. Namun, kalau memang dirasakan perlu dilakukan pengadaan [impor] dari Luar Negeri itu  akan dilakukan tapi merupakan alternatif terakhir,” pungkas Arif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper