Bisnis.com, JAKARTA – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyampaikan bahwa laju inflasi, terutama pada komponen inti atau core inflation, masih cukup terkendali hingga awal 2024 ini.
BI memperkirakan, secara umum, inflasi akan terjaga di kısaran target 1,5 hingga 3,5% hingga akhir tahun.
Namun demikian, menurut Juda, laju inflasi pada harga bergejolak atau volatile food tetap perlu diwaspadai, terutama pada kenaikan harga beras.
Kenaikan harga komoditas ini dikhawatirkan juga dapat memberikan dampak yang signifikan pada daya beli masyarakat.
“Volatile food kita harus waspadai bersama, terutama beras yang musiman, cabai, terutama beras karena beri dampak signifikan ke daya beli masyarakat,” katanya dalam diskusi Economic Outlook 2024, Kamis (29/2/2024).
Selain itu, menurut Juda, laju inflasi yang masih tertahan pada level yang tinggi di sisi global juga perlu diwaspadai. Hal ini akan mendorong tingkat suku bunga global tetap tinggi.
Baca Juga
“Apa penyebabnya? Selain memang Amerika masih strong kinerjanya, di sektor jasa masih kuat sehingga labor cost masih tinggi, juga adanya eskalasi dari ketegangan geopolitik,” jelasnya.
Pada kesempatan sebelumnya, Deputi Gubernur BI Aida S Budiman juga menyoroti kenaikan harga beras yang signifikan.
Menurutnya, salah satu faktor yang memicu kenaikan harga beras adalah El Nino yang menyebabkan terjadinya pergeseran periode tanam beras, sehingga periode panen juga bergeser yang biasanya pada April menjadi Mei.
"Saat ini, sudah ada musim hujan, tapi baru di sekitar 70% wilayah Indonesia, dibandingkan Januari tahun lalu sudah 77%. Jadi ada pergeseran tanam beras, sekarang mulai di Januari untuk di daerah sentral,” kata dia.
Dalam hal ini, Aida mengatakan bahwa dari sisi pemerintah, terus dilakukan operasi pasar untuk menjaga stabilitas pasokan harga pangan.
BI juga melalui seluruh kantor perwakilan di daerah akan memastikan keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, dan kelancaran distribusi.