Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro mengungkapkan di tengah pelemahan ekonomi China dan Hongkong memberikan peluang bagi Indonesia untuk mendapat limpahan aliran investasi.
“Apa yang kita lihat di Asean terutama negara tetangga Singapura, mereka dapat limpahan dari China dan sudah ada flow dari China Hongkong ke Indonesia,” ungkapnya dalam konferensi pers, dikutip Kamis (22/2/2024).
Asmo menyampaikan Indonesia perlu mendorong investasi dengan keberlanjutan transformasi ekonomi yang terjadi setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Seperti diketahui, target investasi pemerintah pada 2024 yang mencapai Rp1.650 triliun, naik Rp250 triliun dari target 2023.
Di sisi lain, terjadinya resesi di sejumlah negara seperti Jepang dan Inggris, serta Thailand menjadi peluang bagi Indonesia bersama India menjadi salah satu negara tujuan investasi di Asia.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Capital Market Mandiri Sekuritas Silva Halim menyampaikan RI dan negara Asean justru diuntungkan dengan adanya kondisi tersebut.
Menurut Global Portfolio Investor Point of View, negara-negara yang berencana untuk melakukan investasi di Asia, khususnya di China dan Hongkong, beralih untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Baca Juga
“Year-to-date 2024, portfolio inflow dari dana asing ke bursa saham Indonesia sudah hampir Rp20 triliun, tren foreign inflow masuk terus dan kita benefit dari kondisi China dan Hongkong,” ungkapnya.
Kepercayaan dan minat investor akan Indonesia pun semakin kuat yang tercermin dari kinerja 2023, di mana Indonesia menjadi IPO market terbesar di Asia Pasifik.
Adapun, Bank Mandiri akan menyelenggarakan Mandiri Investment Forum (MIF) 2024 pada 4 Maret-8 Maret 2024 secara hybrid dengan mengundang 200 investor dalam dan luar negeri dengan total nilai dana kelolaan mencapai US$12 triliun.
Berdasarkan data Bank Mandiri, sebanyak 61,7% peserta berasal dari Indonesia kemudian 15,4% merupakan investor dari Singapura. Investor dari Malaysia tercatat sebesar 8,3% dan Thailand mencakup 4,8%. Sementara sisanya berasal dari Hongkong, Amerika Serikat, Jepang, Inggris, hingga Swiss.
Di sisi lain pun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya terus memantau kondisi ekonomi China dan Hongkong.
Pasalnya, perkembangan perekonomian dua negara turut menentukan arah perekonomian ke depan. Kawasan yang menjadi perhatian itu adalaj tekanan utang di China menjadi pendorong utama melambatnya ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut. Bahkan perusahaan properti terbesar di Hongkong, Evergrande, mengalami kebangkrutan.