Bisnis.com, JAKARTA -- Analis menyebutkan terdapat tiga aspek utama dalam isu perekonomian yang bisa menjadi fokus kerjasama antara Jepang dan negara di Asean untuk memajukan negara-negara di kawasan Asia Tenggara tersebut.
Eko Listiyanto, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengidentifikasi tiga bidang yang bisa menjadi perhatian utama dalam kerjasama Jepang-Asean, yaitu digitalisasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta ekonomi hijau.
Meskipun ada banyak aspek yang dapat dipertimbangkan dalam kerjasama ekonomi antara kedua kawasan tersebut, Eko menekankan bahwa tiga aspek ini tidak hanya akan memberikan manfaat bagi satu atau dua negara, tetapi juga bagi seluruh negara di kawasan ASEAN.
Pertama, digitalisasi menjadi fokus utama mengingat penetrasi digital yang tinggi, terutama dengan 60% penduduk Indonesia yang merupakan generasi Z dan milenial yang sudah akrab dengan teknologi digital. Namun, masih ada kendala dalam akses digital.
Eko menyampaikan pendapatnya dalam Wrap-Up Symposium 50th Year of ASEAN-Japan Friendship and Cooperation pada Rabu (21/2/2024), bahwa akses digital masih terbatas, bahkan di desa-desa di Jawa. Oleh karena itu, kerjasama ini perlu memberikan dukungan untuk mendorong UMKM dan industri di daerah tersebut.
Tidak hanya tentang akses, pengembangan soft skill juga dianggap penting untuk memanfaatkan teknologi digital secara optimal.
Baca Juga
Kedua, dukungan terhadap UMKM menjadi aspek krusial karena UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia dengan kontribusi lebih dari 90%. Situasi serupa juga terjadi di perekonomian Thailand dan Malaysia. Dalam konteks ini, Eko menekankan perlunya mendukung UMKM, salah satunya dengan memfasilitasi koneksi antar UMKM agar dapat berjual-beli secara lebih efisien.
Ketiga, keberlanjutan ekonomi, terutama melalui penerapan prinsip ekonomi hijau, menjadi aspek lain yang perlu diperhatikan. Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil, mencapai lebih dari 70%, dan transisi ke sumber energi yang lebih berkelanjutan perlu diwujudkan.
Menurut Eko, untuk mewujudkan transisi ini, upaya sendiri tidak cukup. Ilmu dari negara-negara maju juga diperlukan agar produk yang dihasilkan ramah lingkungan. Eko menekankan bahwa kesadaran akan hal ini perlu ditingkatkan di Indonesia, dan contoh perjalanan Jepang menuju negara industri pada era 90-an bisa dijadikan inspirasi.
Dengan memfokuskan kerjasama pada digitalisasi, UMKM, dan ekonomi hijau, kerjasama Jepang-ASEAN diharapkan dapat memberikan dampak positif yang merata di seluruh kawasan Asia Tenggara.