Bisnis.com, SEMARANG - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM UI) menilai target surplus neraca perdagangan nasional yang dipatok Kementerian Perdagangan (Kemendag) di kisaran US$31,6 miliar hingga US$53,4 miliar pada 2024, cukup realistis untuk dicapai.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan, dengan range yang cukup besar, target tersebut cukup realistis untuk dicapai pada 2024.
“Apakah realistis? Nampaknya realistis dengan margin sebesar ini,” kata Riefky kepada Bisnis, Rabu (21/2/2024).
Kendati demikian, ada sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai oleh pemerintah dalam mencapai target tersebut. Tantangan itu antara lain, permintaan global yang kian melemah di 2024 sehingga kemungkinan berdampak terhadap kinerja ekspor nasional.
Lebih lanjut dia menjelaskan, menurunnya permintaan global juga memengaruhi penurunan harga komoditas, utamanya komoditas Indonesia seperti nikel, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), dan batu bara.
“Dari sisi impor pun kalau memang ada perlambatan dari global nampaknya kita juga akan mengimpor lebih sedikit sehingga kemudian on balance, terdampak dua-duanya ekspor dan impor kita,” jelasnya.
Baca Juga
Oleh karena itu, dia meminta pemerintah untuk menggenjot ekspor nasional agar lebih kompetitif, alih-alih mengandalkan komoditas ekspor utama seperti nikel, minyak kelapa sawit, dan batu bara.
Kemudian di sisi impor, pemerintah diharapkan dapat menjaga stabilitas nilai tukar agar nilai impor nasional tak meningkat drastis. Terkait substitusi impor yang tengah diterapkan pemerintah, Riefky menilai kebijakan tersebut kemungkinan sulit dilakukan hanya dalam satu tahun saja. Untuk itu, kebijakan ini perlu terus di dorong untuk mengendalikan nilai impor nasional.
Kemendag mematok target surplus neraca dagang di kisaran US$31,6 miliar hingga US$53,4 miliar pada 2024. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan, target tersebut sangat rasional mengingat surplus neraca dagang di 2023 tidak mencapai US$40 miliar.
“Saya pikir sangat rasional kita mematok angka tersebut dengan asumsi bahwa kita mencapai angka lebih tinggi dari 2023,” kata Jerry usai menghadiri rapat kerja Kemendag 2024, Rabu (21/2/2024).
Diakuinya, target batas bawah di 2024 memang lebih rendah dibandingkan 2023. Kemendag pada 2023 mematok surplus neraca dagang di kisaran US$38,3 miliar - US$38,5 miliar.
Politisi Golkar itu mengatakan, target batas bawah di 2024 yang lebih rendah tersebut lantaran sejumlah lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan ekonomi global mengalami perlambatan tahun ini.
Oleh karena itu, pemerintah ingin memastikan bahwa target-target yang dipatok dapat tercapai dengan maksimal.