Bisnis.com, JAKARTA – Resesi ekonomi di Jepang dinilai tidak akan memberikan tekanan signifikan terhadap perekonomian Indonesia, justru dapat menjadi peluang.
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P Sasmita mengatakan, resesi Jepang mungkin akan memberikan tekanan terhadap kinerja ekspor, tetapi dampak tersebut tidak akan signifikan.
“Tekanan utamanya akan terjadi dari sisi ekspor, tapi tidak akan terlalu besar karena Jepang, asumsi saya, akan menggelontorkan stimulus fiskal untuk mendongkrak aggregate demand di level domestik,” katanya kepada Bisnis, Selasa (20/2/2024).
Ronny mengatakan, dampak yang lebih besar justru dari perlambatan ekonomi China, yang merupakan negara mitra dagang utama Indonesia.
Oleh karena itu, dia menilai bahwa Indonesia harus mulai melirik negara-negara yang ekonominya sedang bagus sebagai calon mitra dagang strategis ke depannya, terutama India, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.
Dari sisi investasi, Ronny mengatakan, saat ini justru merupakan momentum yang tepat menggaet sebanyak-banyaknya investor Jepang, Uni Eropa, dan China ke Indonesia.
Baca Juga
Hal ini dikarenakan Jepang dan China berpeluang menambah stimulus untuk mengerek permintaan domestiknya dan semakin menekan suku bunga perbankan yang akan melonggarkan likuiditasnya.
Sementara jika paket stimulus diluncurkan, imbuhnya, maka aggregate demand di Jepang tidak akan terlalu tertekan sehingga permintaan atas impor Indonesia dan Asean tidak akan terlalu tertekan.
“Karena situasi domestiknya terkontraksi, peluang investor Jepang mencari lahan investasi di Indonesia yang pertumbuhannya masih sangat positif tentu semakin besar,” jelasnya.