Bisnis.com, JAKARTA - Investasi asing ke China pada 2023 mengalami peningkatan terendah sejak awal 1990-an. Sejumlah negara tampak menurunkan investasinya ke Negeri Tirai Bambu tersebut.
Mengutip Bloomberg, Senin (19/2/2024) penurunan investasi asing (foreign direct investment/FDI) tersebut menyoroti tantangan China untuk mencari lebih banyak investasi dari luar negeri untuk mendorong perekonomian.
Menurut data dari Administrasi Valuta Asing Negara (SAFE) pada Minggu (18/2) kewajiban investasi langsung China dalam neraca pembayaran mencapai US$33 miliar pada 2023, atau sekitar Rp515 triliun.
Jumlah investasi asing baru ke China, yang mencatat aliran uang yang terhubung dengan entitas asing di China, lebih rendah 82% dibandingkan level tahun 2022 dan terendah sejak 1993.
Data tersebut mencerminkan dampak dari lockdown karena Covid dan pemulihan yang lemah tahun lalu. Investasi menurun pada kuartal III/2023, sebelum sedikit pulih untuk tumbuh di kuartal IV/2023.
Menurut para ekonom, data dari SAFE yang mengukur aliran bersih dapat mencerminkan tren keuntungan perusahaan asing serta perubahan dalam ukuran operasi mereka di China. Menurut data Biro Statistik Nasional, keuntungan perusahaan industri asing di China turun 6,7% tahun lalu.
Baca Juga
Kemudian, angka awal dari Kementerian Perdagangan juga menunjukkan investasi langsung asing baru ke China turun pada 2023 ke level terendah dalam tiga tahun.
Ekonom mengatakan bahwa angka dari Kementerian Perdagangan tidak termasuk pendapatan yang diinvestasikan ulang dari perusahaan asing yang sudah ada dan tidak terlalu fluktuatif dibandingkan angka-angka SAFE.
Di lain sisi, ada lebih banyak insentif bagi perusahaan multinasional untuk menyimpan uang tunai di luar negeri dibandingkan di China. Hal ini karena negara-negara maju telah menaikkan suku bunga ketika China memangkasnya untuk mendorong perekonomian.
Turunnya Minat Investasi Negara-Negara Lain
Berdasarkan data pemerintah, perusahaan-perusahaan Jepang menambahkan jumlah uang baru bersih paling sedikit pada tahun lalu dalam setidaknya satu dekade, dengan hanya 2,2% dari investasi baru Jepang di luar negeri yang masuk ke China.
Perusahaan Taiwan juga semakin enggan menambah bisnis mereka di China, dengan investasi baru pada 2023 terendah sejak 2001. Perusahaan Korea Selatan juga memangkas investasi ke China, dengan FDI baru menurun 91% dalam sembilan bulan pertama pada 2023 dibandingkan tahun lalu (year-on-year/yoy), mencapai level terendah sejak tahun 2002.
Di sisi lain, Institut Ekonomi Jerman melaporkan, berdasarkan data dari Bundesbank, investasi langsung ke China oleh perusahaan Jerman mencapai rekor hampir 12 miliar euro, atau sekitar Rp202 triliun.
Hal tersebut menunjukkan keinginan untuk berkembang di negara perekonomian terbesar kedua di dunia, bahkan ketika Uni Eropa meningkatkan pengawasannya pada investasi-investasi ini karena kekhawatiran keamanan.
Investasi di China sebagai bagian dari total investasi langsung Jerman di luar negeri meningkat menjadi 10,3%, yakni tertinggi sejak 2014.