Bisnis.com, JAKARTA – Hasil proyeksi rata-rata ekonom melihat kinerja ekspor-impor pada Januari 2024 akan tetap mencatatkan surplus, tetapi lebih kecil dari capaian bulan sebelumnya atau Desember 2023.
Mengacu data konsensus ekonom Bloomberg, Rabu (14/2/2024), sebanyak 19 ekonom memberikan proyeksinya untuk neraca dagang dengan angka rata-rata senilai US$2,74 miliar.
Ramalan tertinggi senilai US$3,3 miliar oleh Sing Beng Ong dari JPMorgan Chase Bank, N.A., tak beda jauh dengan capaian Desember 2023 yang senilai US$3,31 miliar.
Sementara itu, ramalan terendah diberikan oleh Suryaputra Wijaksana dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dengan angka estimasi senilai US$1,83 miliar.
Salah satu ekonom yang masuk dalam konsensus, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede, melihat neraca perdagangan pada Januari 2024 diperkirakan surplus sebesar US$3 miliar, sedikit lebih rendah dari Desember 2023.
Hal ini akibat laju ekspor dan impor secara bulanan diperkirakan akan menurun. Dirinya memperkirakan ekspor akan terus mengalami kontraksi sekitar 2,29% secara tahunan atau year-on-year (yoy), dibandingkan dengan Desember 2023 yang terkontraksi 5,85%.
Baca Juga
“Terutama disebabkan oleh penurunan harga batu bara di tengah menurunnya permintaan China,” ujarnya, dikutip Kamis (15/2/2024).
Selain itu, sentimen wait and see oleh bisnis dalam menanggapi pemilihan umum yang telah berlangsung pada Rabu (14/2/2024) menyebabkan kendala pada kegiatan investasi dan ekspansi.
Sebaliknya, laju impor pada Januari 2024 justru meningkat, dengan estimasi kenaikan sebesar 2% yoy, tumbuh dari Desember 2023 yang terkontraksi 3,81% yoy.
Pertumbuhan ini didorong oleh permintaan domestik Indonesia yang kuat, terlihat pada PMI manufaktur yang naik menjadi 52,9 pada Januari 2024, naik dari 52,2 pada Desember 2023.
Senada dengan Josua, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual meramalkan surplus neraca perdagangan Januari 2024 akan menyusut menjadi US$2,4 miliar, yang turut dipengaruhi harga batu bara.
Berkaca dari bulan sebelumnya, meski batu bara menjadi faktor yang mempengaruhi fluktuatifnya neraca dagang, tetap menjadi kontributor utama ekspor nonmigas.