Bisnis, JAKARTA - Anggaran bantuan sosial (bansos) yang terus melonjak di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak serta-merta menurunkan angka kemiskinan secara signifikan.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Esther Sri Astuti mengatakan, langkah populis pemerintah melalui bansos bukan menjadi solusi jangka panjang. Musababnya, dia merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) sejak 2012 hingga 2023 angka kemiskinan hanya mampu turun sebesar 2,3%. Padahal anggaran bansos terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pada 2009 di periode kedua masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bansos yang dikucurkan pemerintah tercatat hanya sekitar Rp17,7 triliun. Anggaran bansos pun melonjak di setiap tahun-tahun pemilu.
Misalnya, pada 2014 saat era pertama Joko Widodo (Jokowi) tercatat Rp78,3 triliun dan naik pada 2019 menjadi Rp194,76 triliun. Teranyar, pada 2024 ini pemerintah bahkan jor-joran mengalokasikan dana bansos hingga Rp496 triliun.
"Ini angka kemiskinan hanya turun 2%-an selama 12 tahun, sementara bansosnya naik ratusan persen. Ini something wrong," ujar Ester dalam diskusi publik, Jumat (9/2/2024).
Dia pun menyoroti pada bantuan pangan beras hingga ketergantungan Indonesia mengimpor pangan.
Baca Juga
Di sisi lain, industri kertas sepanjang 2023 bertumbuh positif. Salah satunya terungkit penguatan permintaan menjelang Pemilu 2024.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kinerja industri kertas mengalami pertumbuhan 4,52% sepanjang 2023.
"Pertumbuhan industri kertas dan barang dari kertas, percetakan, dan reproduksi media rekaman yang mencapai 4,52% dipengaruhi oleh kenaikan permintaan percetakan menjelang pemilu 2024," kata Agus dalam keterangan resminya, dikutip Minggu (11/2/2024).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) laju pertumbuhan industri kertas melesat dari periode 2022 di kisaran 3,73%. Pada 2023, industri kertas tumbuh 4,52%.
Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan industri kertas menunjukkan akselerasi. Pertumbuhan sejak kuartal pertama hingga keempat berturut-turut 2,22%, 4,5%, 5,49%, dan 5,83%.
Optimisme pengusaha industri kertas dalam 6 bulan ke depan pun tinggi. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) industri kertas dan barang dari kertas sebesar 81,1%.
Dua petikan berita tersebut merupakan bagian dari berita pilihan Bisnisindonesia.id yang disajikan secara analitik dan mendalam. Berikut sejumlah berita pilihan tersebut.
1. Bansos Jor-joran Efektifkah Berantas Kemiskinan?
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, langkah pemerintah tersebut hanya menjadi solusi jangka pendek. Apalagi, melihat angka impor beras yang naik signifikan sejak tahun lalu telah menghabiskan anggaran hingga puluhan triliun.
Bahkan, dari 12 komoditas pangan strategis, menurut Esther 11 komoditas masih mengandalkan importasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Padahal, di masa lampau Indonesia pernah mencapai swasembada beras hingga gula.
"Pada 1984 kita mengalami swasembada beras dan kita mendapatkan pengharagaan dari FAO, tapi sekarang kita malah impor. Terus 1986 kita jadi eksportir gula dunia, tapi sekarang kita termasuk 10 besar importir gula terbesar di dunia, ini kan jaman kebalik-balik," kata Esther.
Berdasarkan catatan Bisnis, Minggu (4/2/2024), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan bahwa pemerintah akan melanjutkan program bantuan pangan beras hingga Juni 2024
Selain itu, juga bantuan langsung tunai hingga Maret 2024. Program ini menggantikan program bansos El Nino yang telah dijalankan pada akhir 2023. BLT El Nino tersebut berganti nama menjadi BLT mitigasi risiko pangan. Adapun kedua program tersebut tidak masuk dalam program perlinsos prioritas yang telah ditetapkan pemerintah sebelumnya.
“Bantuan langsung tunai dengan judul mitigasi risiko pangan untuk 3 bulan dan itu akan dievaluasi 3 bulan lagi dan 3 bulan pertama nanti diberikan sekitar bulan Februari yang besarnya Rp200.000 per bulan,” kata Airlangga.
2. Menebak Identitas Investor Ritel Pemilik Hampir Rp4 Triliun Saham BNI
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. melaporkan adanya satu investor ritel dalam daftar pemegang saham terbesarnya pada akhir tahun 2023 lalu, dengan kepemilikan mencapai 1,82%.
Laporan Keuangan Tahunan 2023 emiten berkode saham BBNI tersebut menampilkan daftar komposisi 20 pemegang saham terbesar per 31 Desember 2023.
Menariknya, BNI mencatat adanya investor ritel individual yang mengempit 678 juta lembar saham BBNI atau terbesar ketiga setelah pemerintah dengan 22,37 miliar lembar saham (60%) dan dana pensiun program JHT sebanyak 1,17 miliar lembar saham (3,15%).
Tak banyak investor ritel yang mengempit saham senilai triliunan, di antaranya Lo Kheng Hong yang terkenal sebagai Warren Buffett Indonesia
Dengan harga penutupan Rabu (7/2/2024) di level Rp5.750 per saham, maka nilai investasi investor ritel individu tersebut kini kira-kira setara Rp3,89 triliun!
Investor ritel individual yang menggenggam 678 juta saham BBNI ini, yang secara persentase mengempit 1,82%, hanya dicatat berdomisili di Sidoarjo.
3. Rekomendasi Saham Pilihan di Pekan Pilpres 2024
Sejumlah analis merekomendasikan beberapa saham yang menarik untuk dikoleksi investor pada pekan Pemilu 2024 sebab berpotensi tersulut oleh sentimen jelang pencoblosan.
Pemilihan Presiden 2024 akan berlangsung pekan ini, tepatnya pada Rabu (14/2/2024). Menjelang momentum ini, pasar diperkirakan akan cenderung menguat, setelah sepanjang pekan lalu cenderung lesu di tengah terbatasnya hari transaksi dan sentimen Imlek.
IHSG ditutup di level 7.235,15 pada hari terakhir transaksi pekan lalu, yakni Rabu (7/2/2024). Posisi ini sedikit turun dibanding pekan sebelumnya yang berakhir di level 7.238,79.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, mengatakan bahwa pekan depan pasar masih akan bergerak terbatas dengan kecenderungan menguat karena pasar diperkirakan masih wait and see di tengah Pemilu 2024.
“Selain itu, dengan adanya rilis data inflasi Amerika Serikat [AS] bulan Januari 2024 yang diperkirakan tetap di level 3,4% YoY, kami perkirakan membuat the Fed masih akan bersikap hawkish,” ujar Audi kepada Bisnis, Minggu (11/2/2024).
Di sisi lain, dia menuturkan bahwa rilis kinerja emiten untuk 2023 diperkirakan menjadi faktor penggerak arah pasar dalam beberapa waktu mendatang.
4. Kampanye Terakhir Capres: 'Semar' Wafat di Solo, Sampah di GBK, hingga Jalan Kaki 6 Km ke JIS
Ratusan ribu orang memakai atribut serba biru berjubel di pintu masuk ke kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu kemarin. Di luar kompleks GBK, bus-bus panjang dari luar Jakarta tampak berderet mengular, berjajar di sepanjang pintu 10 GBK.
Satu persatu penumpang turun dari bus. Mereka langsung menuju ke Stadion GBK, melintasi trotoar lebar di pinggir jalan protokol ibu kota. Pantauan Bisnis, pukul 08.30 WIB Sabtu kemarin kerumunan massa beratribut biru itu menimbulkan kepadatan lalu lintas. Kemacetan dari arah Bendungan Hilir dan Gatot Subroto pun tak terelakan.
Kampanye terakhir pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memang bertema serba biru. Sejak jauh-jauh hari sebelum kampanye dimulai, seruan untuk 'membirukan' GBK telah terdengar cukup kencang di media sosial.
Para pendukung Prabowo-Gibran yang datang ke GBK berasal dari berbagai latar belakang usia mulai dari balita, remaja, hingga lansia. Antusiasme massa itu selain ingin mendengarkan langsung Prabowo pidato dan dapat bonus joget gemoy, juga dipicu oleh jajaran artis ibu kota.
Ada Ahmad Dhani yang memboyong grup musiknya, Dewa 19, Ello, Ari Lasso, hingga NTRL. Kalangan aktor dan aktris, bahkan influencer ternama, pun ikut berjajar di belakang barisan Tim Sukses Prabowo-Gibran.
5. Pemilu Datang, Performa Industri Kertas Terbang
Sebelumnya, pertumbuhan kinerja industri kertas sempat melambat pada kuartal IV/2022, setelah mencetak rekor pertumbuhan tertinggi pascapandemi sebesar 6,58% pada kuartal III/2023.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, terdapat 81 perusahaan industri pulp dan kertas yang aktif beroperasi di Indonesia, dengan perincian 4 industri pulp, 71 perusahaan industri kertas, dan 6 perusahaan pulp terintegrasi.
Total investasi industri pulp dan kertas mencapai lebih dari Rp200 triliun dengan kapasitas terpasang sebesar 11 juta ton untuk industri pulp dan 22 juta ton untuk industri kertas, sedangkan kapasitas produksi mencapai 10 juta ton untuk indutri pulp dan 13 juta ton untuk industri kertas.
Dengan demikian, utilisasi di industri pulp sudah mencapai 95% sedangkan utilisasi industri kertas mencapai 65%.
Industri kertas mencakup beberapa segmen. Pertama, kertas budaya, terdiri atas kertas koran, kertas tulis cetak dan kertas berharga (kertas untuk saham, dan kertas perangko).
Kedua, kertas industri, terdiri atas sack kraft (kertas kantong semen), kraft liner, corrugating medium, board, dan kertas bungkus. Ketiga, kertas tisu, terdiri atas kertas tisu rumah tangga dan kertas sigaret.
Keempat, kertas khusus, meliputi kertas uang, kertas dekor, kertas overlay, kertas thermo, dan kertas label.