Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Gula Thailand Diproyeksi Merosot, Ancam Pasokan Global

Produksi gula Thailand diproyeksikan lebih rendah dari perkiraan pada musim tahun ini.
Proses bongkar muat gula di Terminal Kade 101 Tanjung Priok, Jakarta. Bisnis/Abdurachman
Proses bongkar muat gula di Terminal Kade 101 Tanjung Priok, Jakarta. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi gula Thailand diproyeksikan lebih rendah dari perkiraan pada musim ini, terutama setelah cuaca kering yang berdampak pada pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat menekan pasokan global dan memperpanjang kenaikan harga gula, mengingat Indonesia sebagian besar mengimpor dari tersebut.

Kelompok industri Thai Sugar Millers Corp. telah menurunkan perkiraan mengenai kisaran produksi sebesar 500.000 ton menjadi 7,5 juta ton pada 2023-2024. Nantinya, jika produksi mencapai perkiraan tersebut, maka mencatatkan produksi sepertiga lebih rendah dibandingkan produksi musim sebelumnya. 

Direktur Thai Sugar Millers, Rangsit Hiangrat, mengatakan bahwa tidak ada curah hujan pada periode kritis, ketika tebu membutuhkan air untuk bertumbuh. 

"Hujan datang belakangan, tetapi tanaman sudah kerdil, jadi tidak banyak membantu,” terangnya, seperti dikutip dari BloombergSelasa (6/2/2024). 

Kontrak berjangka gula mentah pada bulan lalu telah mencatatkan kenaikan bulanan terbesar sejak April 2023 karena prospek suplai yang lebih ketat dan produksi yang lebih kecil dari Thailand akan semakin membebani pasar. 

Adapun, menurut data pemerintah, pabrik-pabrik penggilingan di negara produsen terbesar ketiga di dunia ini menghasilkan panen tebu terendah setidaknya dalam 13 tahun terakhir. 

Menurut Kantor Dewan Tebu dan Gula Thailand, pabrik penggilingan tebu di Thailand telah memproduksi 4,9 juta ton dari sekitar 49,57 juta ton tebu yang diperas sejak musim dimulai pada 10 Desember 2023.

Angka tersebut kemudian menunjukan bahwa tingkat pemulihan gula tercatat naik sekitar 9,9% pada 1 Februari 2024, turun dari 11,8% musim lalu.

Berdasarkan data dari dewan gula, selama 12 tahun hingga 2022-2023, Thailand mampu menghasilkan lebih dari 100 kilogram gula per satu ton tebu, setara dengan tingkat pemulihan di atas 10%.

Rangsit juga mengatakan bahwa pabrik-pabrik di Thailand diperkirakan akan menyelesaikan pengepresan atau penghancuran pada bulan ini atau Maret 2024, dibandingkan dengan awal April musim lalu.

Proyeksi output dari kelompok industri adalah 7-7,5 juta ton untuk 2023-2024, dibandingkan dengan perkiraan November 2023 yang sebesar 7-8 juta ton, dan turun dari proyeksi September 2023 sebesar 9 juta ton.

Impor Gula Indonesia

Berdasarkan catatan Bisnisgula termasuk salah satu komoditas pangan yang banyak diimpor Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia telah mendatangkan sekitar 4,55 juta ton gula impor dengan nilai US$2,54 miliar hingga November 2023.

Adapun, Impor gula paling banyak berasal dari Thailand, yakni 48,82% dari total volume impor gula, diikuti Brasil 24,85%, dan Australia 18,94%.

Pemerintah juga akan mengimpor 5,4 juta ton gula pada 2024 usai diputuskan dalam rapat terbatas yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. 

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi juga sempat menuturkan bahwa harga gula yang tinggi saat ini tidak lepas dari faktor kenaikan harga produksi di hulu dan hilir, restriksi ekspor oleh negara penghasil gula terbesar dan penurunan produksi akibat El Nino.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper