Bisnis.com, JAKARTA — Usulan penetapan alokasi dan harga gas dari Lapangan Mako, Blok Duyung ke PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) atau PGN telah masuk tahap evaluasi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Rencananya, operator Blok Duyung, Conrad Asia Energy Ltd., bakal mengalokasikan gas untuk perusahaan gas negara itu mencapai 31,75% dari total cadangan yang bisa dijual saat ini. Sisanya, gas bakal diekspor untuk SembCorp Gas Pte Ltd., perusahaan pembangkit Singapura.
Adapun, harga yang diberikan kepada PGN diestimasikan berada di rentang US$5,5 million British thermal unit (MMBtu), sementara harga untuk pasar ekspor sepenuhnya bakal mengikuti harga minyak mentah Brent.
“Usulan penetapan alokasi dan harga gas ke PGN sedang dalam proses evaluasi di Kementerian ESDM, saat ini dengan target produksi [Blok Duyung] di akhir 2025,” kata Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf saat dikonfirmasi, Selasa (6/2/2024).
Alokasi gas US$5,5 MMBtu itu sudah tertuang dalam amanat revisi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) Lapangan Mako yang diteken Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada November 2022 lalu.
Lewat revisi PoD itu, contingent resources gas dari lapangan gas Mako naik 458% ke level 297 miliar kaki kubik.
Baca Juga
Selain dengan PGN, Conrad juga masih bernegosiasi dengan SembCorp untuk menyelesaikan perjanjian jual beli gas (GSA) definitif, setelah sebelumnya perjanjian tidak mengikat sudah diteken akhir tahun lalu.
Beberapa poin penting dalam negosiasi GSA itu, di antaranya rencana penjualan gas sejak awal masa produksi hingga masa akhir kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC) di Blok Duyung berakhir pada 2037.
Dengan total volume penjualan gas mencapai 293 trillion British thermal unit (TBtu) (c 293 Bcf) dengan potensi penambahan mencapai ke level 392 TBtu (c 392 Bcf), setara dengan 71% dan hingga 95% dari keseluruhan pontensi 2C contingent resources mencapai 413 Bcf, seperti yang diuji oleh GaffneyCline Associates pada 26 Agustus 2022 lalu.
Adapun, penyelesaian GSA dari Lapangan Mako itu menjadi krusial untuk Conrad terkait dengan kelanjutan divestasi atau farm-down sebagian hak partisipasi mereka di Blok Duyung yang berada di lepas pantai Cekungan Natuna Barat, Kepulauan Riau.
Nanang menuturkan, lembagannya saat ini tengah mendorong negosiasi lanjutan untuk pemanfaatan pipa milik usaha patungan West Natuna Transportation System (WNTS) untuk menyalurkan gas dari Lapangan Mako ke Singapura.
Adapun, pipa sambungan dari WNTS untuk penyaluran gas ke pasar domestik bakal dibebankan ke PGN.
Hanya saja, beberapa kali negosiasi perihal pemanfaatan fasilitas pipa WNTS itu mesti diperpanjang. Nanang beralasan masing-masing pihak masih menyinergikan rencana peningkatan produksi dari beberapa perusahaan yang lebih dahulu menggunakan pipa tersebut.
“WNTS saat ini sudah dimanfaatkan oleh Medco Blok B, Harbour Energy [Blok A] dan Kakap untuk menyalurkan gasnya ke SembCorp melalui kontrak eksisting,” tuturnya.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan, perseroan berminat untuk mengamankan alokasi gas murah itu dari Conrad.
Rachmat mengatakan, alokasi DMO dari Blok Duyung itu bakal membantu pemenuhan kebutuhan gas domestik. Dia menambahkan, pasokan itu nantinya bisa menggantikan volume dari sejumlah sumur produksi yang mengalami penurunan alamiah.
“Saat ini, tahapan yang masih menjadi prioritas adalah upaya untuk memperoleh kesepakatan atas alokasi tersebut di antara para pihak,” kata Rachmat.