Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pelat merah PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN tengah membidik alokasi gas murah dari Lapangan Mako, Blok Duyung yang dikembangkan oleh operator Conrad Asia Energy Ltd.
Rencananya, perusahaan gas negara itu bakal menerima 29,5% dari keseluruhan volume penjualan gas blok tersebut. Adapun, alokasi domestic market obligation (DMO) itu dibanderol dengan harga US$5,5 million British thermal unit (MMBtu) untuk PGN.
Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan, perseroan berminat untuk mengamankan alokasi gas murah itu dari Conrad.
Alokasi gas US$5,5 MMBtu itu sudah tertuang dalam amanat revisi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) Lapangan Mako yang diteken Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada November 2022 lalu.
“PGN tentu memiliki keberminatan atas alokasi DMO tersebut. Saat ini, kedua pihak masih berdiskusi dan secara pararel, kami menunggu proses penetapan alokasi oleh pemerintah,” kata Rachmat saat dikonfirmasi, Selasa (6/2/2024).
Rachmat mengatakan, alokasi DMO dari Blok Duyung itu bakal membantu pemenuhan kebutuhan gas domestik. Dia menambahkan, pasokan itu nantinya bisa menggantikan volume dari sejumlah sumur produksi yang mengalami penurunan alamiah.
Baca Juga
Di sisi lain, Conrad juga masih melobi akses untuk bisa menjual gas Blok Duyung ke Singapura lewat fasilitas pipa milik usaha patungan West Natuna Transportation System (WNTS). Lobi-lobi itu berkaitan dengan kesepakatan komersial dan legal untuk menyalurkan gas ke calon pembeli, SembCorp Gas Pte Ltd., perusahaan pembangkit Singapura. Sementara itu, pipa sambungan untuk penyaluran dalam negeri bakal dibangun oleh PGN.
“Saat ini, tahapan yang masih menjadi prioritas adalah upaya untuk memperoleh kesepakatan atas alokasi tersebut di antara para pihak,” kata Rachmat.
Saat ini, Condrad bersama dengan PGN tengah menyelesaikan perjanjian formal untuk melanjutkan amanat DMO dari revisi PoD Lapangan Mako tersebut.
“Conrad telah membuat kemajuan yang solid untuk pengembangan Lapangan Mako pada kuartal ke IV/2023 kendati terdapat keterlambatan FID yang disebabkan karena perpanjangan negosiasi dengan WNTS,” kata Managing Director dan CEO Conrad Miltos Xynogalas seperti dikutip dari keterangan resmi, Minggu (4/2/2024).
Selain dengan PGN, Conrad juga masih bernegosiasi dengan SembCorp untuk menyelesaikan perjanjian jual beli gas (GSA) definitif, setelah sebelumnya perjanjian tidak mengikat sudah diteken akhir tahun lalu. Beberapa poin penting dalam negosiasi GSA itu di antaranya rencana penjualan gas sejak awal masa produksi hingga masa akhir kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC) di Blok Duyung berakhir pada 2037.
Dengan total volume penjualan gas mencapai 293 trillion British thermal unit (TBtu) (c 293 Bcf) dengan potensi penambahan mencapai ke level 392 TBtu (c 392 Bcf), setara dengan 71% dan hingga 95% dari keseluruhan pontensi 2C contingent resources mencapai 413 Bcf, seperti yang diuji oleh GaffneyCline Associates pada 26 Agustus 2022 lalu. Penjualan gas nantinya bakal mengikuti harga minyak mentah Brent.
Adapun, penyelesaian GSA dari Lapangan Mako itu menjadi krusial untuk Conrad terkait dengan kelanjutan divestasi atau farm-down sebagian hak partisipasi mereka di Blok Duyung yang berada di lepas pantai Cekungan Natuna Barat, Kepulauan Riau.
Miltos mengatakan, perusahaan masih berfokus untuk menyelesaikan sejumlah ketentuan pada negosiasi GSA gas lapangan itu kepada pembeli Singapura saat ini.
“Targetnya di akhir kuartal kedua 2024 GSA sudah bisa difinalisasi, seperti yang diharapkan oleh semua pihak,” kata Miltos.
Conrad melalui anak usahanya, West Natuna Exploration Limited, memegang 76,5% hak partisipasi di blok migas lepas pantai Duyung PSC bersama dengan Coro Energy Duyung (Singapura) Pte. Ltd (bagian dari Coro Energy Ltd yang terdaftar di London AIM, dengan 15% hak partisipasi) dan Empyrean Energy PLC (8,5% hak partisipasi) sebuah perusahaan yang didirikan di Inggris.