Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membahas seputar penjaminan investasi bersama Vice President of Operations dari Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) Junaid Kamal Ahmad, yang merupakan bagian dari Bank Dunia.
MIGA merupakan badan yang menyediakan penjaminan terhadap penanaman investasi dari risiko politik dan berbagai risiko non-komersial lainnya, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia.
“Melalui peran badan penjamin investasi multilateral seperti MIGA, kita tentu berharap agar kepercayaan investor bisa semakin meningkat untuk menanamkan modalnya di dalam negeri,” ungkap Sri Mulyani, dikutip dari Instagram @smindrawati, Jumat (26/1/2025).
Pasalnya, sejumlah tantangan menghadang RI untuk menggenjot investasi di seluruh wilayah Tanah Air, terlebih memasuki Tahun Politik atau Pemilu 2024.
Selain itu, Sri Mulyani dan Junaid juga berdiskusi terkait peluang investasi yang ada di Indonesia, terutama di bidang transisi energi dan pembiayaan di level pemerintah daerah.
Dalam kunjugan pertama kalinya ke Indonesia ini, Junaid memaparkan keberhasilan MIGA dalam mendukung proyek-proyek strategis seperti jalur kereta barang (freight corridor) dan panel surya di India, proyek rumah sakit di Kolombia, dan penanaman modal di berbagai wilayah lainnya.
Baca Juga
Sejalan dengan capaian tersebut, Junaid optimistis MIGA dapat menciptakan daya ungkit Indonesia di bidang transisi energi.
Bersamaan dengan hal itu, Indonesia memiliki tugas untuk melakukan transisi energi, salah satunya pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang membutuhkan biaya tidak sedikit.
Sebagaimana diketahui, para investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia cenderung menunjukkan sikap wait and see di tengah tahun politik ini.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan menyampaikan bahwa jika dilihat secara historis, kinerja investasi cenderung melambat, tetapi tetap tumbuh pada periode menjelang dan setelah Pemilu.
“Sehingga kita tidak melihat berdasarkan data dan fakta ini Pemilu di Indonesia memberikan kontribusi negatif terhadap investasi. Namun, kami tidak menutup mata bahwa selalu ada faktor wait and see,” katanya dalam acara Economic Outlook 2024, Kamis (25/1/2024)