Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja realisasi investasi di sektor petrokimia moncer didorong kebijakan hilirisasi dengan nilai mencapai Rp46,3 triliun sepanjang 2023. Namun, prospek investasi tahun ini diproyeksikan tak seapik tahun lalu.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastic Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan, terdapat sejumlah sentimen yang membuat pengusaha maju mundur untuk melakukan ekspansi.
"Investasi tahun ini ada yang memilih ubah haluan ke produk lain, yang sudah terlanjur jalan seperti Lotte Chemical itu tetapi lanjut dan dari Pertamina Group beberapa jalan ditargetkan 2027 selesai," kata Fajar kepada Bisnis, dikutip Rabu (24/1/2024).
Dalam hal ini, dia membahas proyek PT Lotte Chemical Indonesia yang kembali berjalan setelah mangkrak sejak 2016. Pembangunan pabrik senilai Rp60 triliun itu saat ini progresnya mencapai 80%. Nantinya, produksi Lotte Chemical akan menjadi subtitusi impor dengan komposisi 70% untuk kebutuhan dalam negeri dan 30% ekspor.
Tak hanya itu, dia juga mengungkap kelanjutan investasi PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) untuk pembangunan pabrik Chandra Asri Perkasa (CAP) 2 yang disebut dalam tahap rekonfigurasi.
Namun, Chandra Asri mengumumkan investasi baru, yakni pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) senilai US$800 juta atau Rp12,45 triliun. Pabrik ini akan memproduksi bahan baku utama komponen battery pack kendaraan listrik.
Baca Juga
"Jadi, memang optimisme masih ada, tapi kita juga lihat sekarang produk hilir untuk plastik dan produk jadi lainnya yang masih banjir impor China," ujarnya.
Dia pun memproyeksi kinerja pada 2024 untuk industri plastik disebut masih berat dan tidak jauh berbeda dengan tahun 2023 lalu. Hal ini lantaran belum adanya kepastian perlindungan produk plastik dari serbuan barang impor.
"Kemudian kita perlu antisipasi banjirnya di 2 tahun ke depan karena di Middle East akan ada pabrik baru, di China juga sekarang ada pabrik-pabrik baru, nah itu jangan sampai Indonesia menjadi pasar," pungkasnya.
Senada, Direktur Legal, External Affairs & Circular Economy PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) Edi Rivai mengatakan, proyeksi pertumbuhan kinerja industri petrokimia yang masih menghadapi sejumlah tekanan.
"Secara umum kami melihat meskipun menghadapi tantangan eksternal yang berat dari sisi mahalnya harga bahan baku dan permintaan luar negeri yang melambat, serta banjirnya bahan baku impor," terang Edi, dihubungi terpisah.
Namun, dia meyakini sektor petrokimia masih terbantu dengan tingginya permintaan di pasar domestik dan dukungan pemerintah memperbaiki iklim investasi yang kondusif melalui pengendalian barang impor.
Sebagai informasi, industri petrokimia merupakan sektor industri tingkat hulu penghasil berbagai produk dan bahan kimia penting yang menjadi bahan baku primer untuk menyokong sektor industri, seperti otomotif, mesin, elektronika, konstruksi, aplikasi rumah tangga, dan lainnya.