Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta para pejabat negaranya untuk tidak menghadiri Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum).
Hal tersebut disebutkan karena sikap penyelenggara forum terhadap perang Israel melawan Hamas. Alasan ini diketahui dari orang-orang yang mengetahui permasalahan tersebut, dengan sebelumnya Menteri Keuangan dan Keuangan Mehmet Simsek berencana menghadiri pertemuan tersebut hingga Erdogan melarangnya pergi.
Adapun, seorang juru bicara Forum Ekonomi Dunia mengatakan bahwa situasi keamanan dan kemanusiaan yang serius di Timur Tengah akan menjadi fokus utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tersebut.
“Kami akan menyediakan platform bagi para pemangku kepentingan utama di kawasan ini dan sekitarnya untuk berbagi pandangan tentang cara mengurangi ketegangan dan menemukan jalan kembali ke jalur diplomasi,” jelasnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (16/1).
Lanjutnya, dia juga mengatakan bahwa pihaknya akan memiliki lebih dari 50 pemimpin dari kawasan Arab, termasuk perwakilan tingkat tinggi Palestina.
Adapun, keputusan Erdogan tersebut dapat mempersulit upaya Turki untuk berhubungan kembali dengan investor global setelah bertahun-tahun kebijakan yang tidak konvensional telah membuat mereka menjauh.
Baca Juga
Sebelumnya, pendiri dan ketua eksekutif forum Davos, Klaus Schwab, mengutuk apa yang disebutnya sebagai serangan teroris terhadap Israel, yang dilakukan Hamas setelah kelompok tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dalam serangan mendadak pada Oktober 2023.
Meskipun Schwab juga menyerukan tindakan untuk melindungi penduduk sipil di Gaza, pernyataan tersebut membuat marah para politisi Turki.
Tidak seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, Turki tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. Ini juga bukan pertama kalinya Erdogan menggunakan Davos untuk mengambil sikap politik terhadap konflik Israel-Palestina.
Ketegangan hubungan Turki-Israel semakin terlihat pada Minggu lalu ketika seorang pemain sepak bola Israel yang bermain untuk klub Turki ditangkap karena merayakan gol anti-Hamas.
Meskipun dia kemudian dibebaskan, media Turki menyebutkan bahwa dia akan dideportasi pada Senin (15/1). Insiden ini memicu kemarahan di Israel.
Pada awal Januari 2024, Turki juga menahan puluhan orang karena diduga melakukan spionase atas nama agen intelijen Mossad Israel, setelah Turki memperingatkan akan merespons segala upaya untuk membunuh anggota Hamas di wilayahnya.