Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor nikel sebesar US$521,8 juta pada Desember 2023. Jumlah tersebut anjlok 4,09% (month-to-month/mtm) dibandingkan bulan sebelumnya.
Jika dilihat dari volumenya, ekspor nikel tercatat sebanyak 126,0 juta ton atau turun 14,06% secara bulanan.
“Penurunan volume ini lebih dalam dibandingkan penurunan nilainya,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).
Adapun, merosotnya kinerja ekspor nikel disebabkan oleh menurunnya permintaan dari negara tujuan ekspornya. Kendati begitu, Pudji tak menyebut negara tujuan ekspor yang mengalami penurunan permintaan.
Selain itu, dalam paparan BPS, harga komoditas nikel secara tahunan merosot tajam. Harga komoditas nikel pada Desember 2023 dilaporkan berada di level US$16,5/dmtu.
Angka tersebut turun 43,13% dari Desember 2022 yang tercatat sebesar US$28,9/dmtu, sedangkan secara bulanan, harga komoditas nikel tercatat turun 3,53%.
Baca Juga
Melansir tradingeconomics, Senin (15/1/2024) harga nikel berjangka tercatat turun di bawah $16.500 per ton. Jumlah tersebut mendekati posisi terendah dalam tiga tahun terakhir, lantaran pasokan dari produsen dunia seperti Indonesia, Filipina, dan China menguat, membebani komoditas tersebut.
International Nickel Study Group memperkirakan, pasokan tersebut melampaui permintaan yakni sebesar 223.000 metrik ton pada 2023. Kesenjangan tersebut diprediksi melebar menjadi 239.000 metrik ton di 2024.
“Hal ini disebabkan oleh melemahnya penggunaan akibat perlambatan ekonomi global, khususnya pemulihan yang melambat di China,” demikian dikutip tradingeconomics, Senin (15/1/2024).
Di sisi lain, merosotnya harga nikel berasal dari harapan penurunan suku bunga oleh bank sentral utama dan prospek permintaan yang lebih kuat seiring dengan meningkatnya penggunaan nikel dalam baterai kendaraan listrik.
Diberitakan sebelumnya, BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Desember 2023 senilai US$22,41 miliar atau anjlok sebesar 5,76% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan Desember 2022.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan secara bulanan atau (month-to-month/mtm), kinerja ekspor naik tipis sebesar 1,28% dibandingkan November 2023 yang mencapai US$22 miliar.
“Secara tahunan, ekspor Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yaitu sebesar 5,76%,” ujarnya dalam rilis Berita Resmi Statistik, Jumat (15/12/2023).
Pudji menjelaskan nilai ekspor nonmigas pada Desember 2023 naik sebesar 1,06% (mtm) dengan nilai US$20,93 miliar. BPS mencatat kontraksi penurunan ekspor nonomigas secara tahunan, terjadi pada golongan barang bahan bakar mineral (HS 27) yang turun 16,49% (yoy) dan komoditas lemak dan minyak hewani nabati (HS 15) yang turun 23,42% (yoy).
Ekspor nonmigas Desember 2023 terbesar, yaitu ke China sebesar US$5,77 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,07 miliar dan India US$1,83 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 46,16 persen.