Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) menduga maraknya penjualan alat peraga kampanye impor di e-commerce hingga memukul penjualan UMKM konveksi lokal.
Deputi Bidang Usaha Mikro, Kemenkop UKM, Yulius mengaku bahwa dirinya mendapati laporan dari pelaku konveksi di sejumlah pasar mengalami penurunan penjualan atribut kampanye. Bahkan, penurunan penjualan pada periode Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 anjlok hingga 40-90% dibandingkan penjualan atribut kampanye pada Pemilu 2019.
Yulius menduga, salah satu penyebab anjloknya penjualan pelaku UMKM konveksi lantaran maraknya produk serupa yang lebih murah di e-commerce.
"Jadi ada yang kaos itu sampai Rp8.000, itu menghancurkan UMKM kita," ujar Yulius di Kemenkop UKM, Senin (8/1/2024).
Bahkan, Yulius menduga alat peraga kampanye yang dijual di e-commerce merupakan barang impor dari luar negeri.
"Misalnya barang dari China, mereka gambar Garuda distempel, gambar PDIP distempel. Sebagian besar larinya ke sana, makanya salah satu penyebab berkurangnya [penjualan konveksi lokal] dari itu," tuturnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, Yulius berujar pihaknya akan terus mendorong pelaku konveksi lokal memperluas akses pasar melalui sistem digital. Selain itu, Kemenkop UKM berencana membentuk wadah pemasaran online terpadu.
"UMKM kita ini belum memasarkan bahan bakunya ke sistem digital, maka mereka harus beradaptasi," ucap Yulius.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Konveksi Bandung (IPKB), Nandi Herdiaman mengatakan, penjualan atribut kampanye tahun ini turun hingga 70% dibandingkan pemilu 2019. Menurutnya, pada kampanye pemilu 2019, usaha konveksinya bisa mendapati orderan atribut kampanye sekitar 4 juta - 15 juta item dari partai.
"Sekarang, jutaan itu enggak sampai. Hanya puluhan ribu saja itu pun bukan dari partai hanya dari caleg," ungkap Nandi.