Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengungkap sederet faktor yang perlu diperhatikan untuk menjaga performa industri manufaktur Tanah Air agar tetap tangguh sepanjang 2024.
Ketua Komite Tetap Kebijakan Publik Kadin Chandra Wahjudi mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi salah satu yang harus diantisipasi, sekaligus dijaga stabilitasnya agar tidak menyumbang kenaikan inflasi.
"Ini yang harus tetap terjaga stabilitasnya [nilai tukar rupiah] agar tidak memengaruhi produktivitas industri manufaktur terutama yang masih mengandalkan bahan baku impor," kata Chandra kepada Bisnis, dikutip Minggu (7/12/2023).
Tak hanya itu, dia menyoroti faktor eksternal geopolitik peperangan yang berimbas pada harga energi global. Apabila harga energi terus mengalami lonjakan, maka industri dalam negeri kembali mengalami tekanan.
Di sisi lain, Chandra menilai kebijakan The Fed juga masih akan memengaruhi kondisi moneter global, termasuk Indonesia. Dia meyakini sinyal The Fed untuk memangkas suku bunga acuan tahun ini dapat berimbas pada kinerja industri, kendati hal tersebut masih bergantung pada kondisi inflasi AS yang diharapkan dapat terkendali sesuai target 2%.
"Bagi dunia usaha selain menjaga inflasi tetap stabil, hal lain yang juga sangat penting adalah memacu pertumbuhan ekonomi agar dapat lebih tinggi," ujarnya.
Baca Juga
Dengan demikian, dia optimistis daya beli masyarakat dapat terjaga, bahkan meningkat, didorong dengan belanja pemerintah yang optimal sehingga foreign direct investment (FDI) dapat masuk lebih banyak dan surplus neraca dagang dapat bertahan.
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai ekspansi manufaktur akan terus berlanjut seiring dengan permintaan pasar yang masih tinggi. Tercermin dari Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di level 52,2 pada Desember 2023.
Adapun, posisi PMI manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global itu menunjukkan peningkatan sebesar 0,5 poin dari November 2024 di level 51,7. Capaian tersebut menandai tren ekspansi manufaktur selama 28 bulan terakhir.
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengatakan, pelaku industri masih memiliki tingkat optimisme yang tinggi untuk melanjutkan ekspansi usaha atau investasi pada 2024.
"Dalam 6 bulan ke depan, kami melihat potensi peningkatan demand pasar terhadap produk manufaktur masih cukup tinggi," kata Shinta, dihubungi terpisah.
Meskipun, Shinta menjelaskan bahwa terdapat tingkat uncertainty yang lebih tinggi karena transisi kepemimpinan pemerintahan, permintaan ekspor produk manufaktur yang melemah karena perlambatan ekonomi global dan faktor eksternal lain.
Faktor-faktor tersebut tak pelak membebani biaya overhead hingga pelemahan daya saing usaha yang dapat menahan laju pertumbuhan konsumsi produk manufaktur.
Shinta menilai secara keseluruhan optimisme pelaku usaha untuk ekspansi pada tahun 2024 masih cukup besar selama stabilitas, kepastian, dan prediksi iklim usaha bisa dijaga.