Bisnis.com, JAKARTA - Harga rumah atau properti di Singapura meningkat selama dua kuartal berturut-turut seiring dengan kenaikan permintaan meskipun ada langkah-langkah pemerintah untuk meredakan harga properti.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (2/1/2024) berdasarkan perkiraan Otoritas Pembangunan Perkotaan (Urban Redevelopment Authority) harga private residential naik 2,7% pada tiga bulan terakhir 2023, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Sementara untuk periode satu tahun penuh 2023, harga perumahan naik 6,7%, melambat dari 8,6% pada 2022.
Singapura masih tercatat sebagai salah satu negara dengan harga properti tertinggi dan pasar yang resilien di dunia, seiring dengan permintaan kuat meski suku bunga tinggi. Kenaikan suku bunga ini menjadi faktor penurunan pasar properti di kota utama dunia lainnya, termasuk Hong Kong.
Momentum terjadi pada kuartal keempat, dengan peluncuran proyek pembangunan baru-baru ini di wilayah pinggiran barat, yang menghasilkan rekor harga tertinggi di wilayah tersebut.
Otoritas Singapura diketahui telah menambah pembatasan untuk menekan permintaan dan memastikan harga rumah tetap terjangkau dalam beberapa tahun ke depan.
Untuk pembelian properti oleh investor asing, pemerintah Singapura menerapkan kenaikan pajak dengan mengerek bea materai dua kali lipat menjadi 60% pada April tahun ini. Pemerintah juga berupaya meningkatkan stok perumahan dengan menjual sebagian besar lahan untuk perumahan selama satu dekade.
Baca Juga
Para analis pun memprediksi pergerakan harga properti Singapura akan mereda pada 2024. Bloomberg Intelligence memperkirakan valuasi akan stagnan dengan beberapa risiko penurunan. Sementara, Morgan Stanley memperkirakan adanya penurunan harga properti sebesar 3% tahun ini.