Bisnis.com, JAKARTA- Industri pengolahan digadang menjadi ujung tombak pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 mendatang.
Hal itu diterangkan oleh Peneliti Center of Macroeconomics and Finance, Indef, Riza A. Pujarama.
Dia membeberkan, target pertumbuhan ekonomi 2023 adalah 5,3% tetapi pada triwulan 3 pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional turun dari 5,17% ke 4,94% sehingga rata-rata pertumbuhan ekonomi untuk 3 triluwan hanya 5,05%.
“Jadi untuk mencapai target 5,3% untuk 2023 masih harus mencapai sekira 0,25% lagi sampai akhir tahun,” terangnya dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (30/12/2023).
Dari sisi pengeluaran, tuturnya, sektor konsumsi rumah tangga yang berkontribusi paling besar terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) mempunyai share sekira 52%.
Sampai triwulan 3, paparnya, konsumsi rumah tangga diketahui turun dari 5,22% ke 5,06% sehingga hal ini menyebabkan pencapaian pertumbuhan ekonomi menurun.
Baca Juga
Catatan Bank Indonesia, pengeluaran sisi konsumsi rumah tangga tidak dipakai untuk belanja, tetapi dipakai untuk membayar cicilan. Jadi dia menyimpulkan, masyarakat memang menahan konsumsinya.
Sementara sektor industri pengolahan juga menurutnya, mengalami pelambatan. Semula target pertumbuhan PDB industri pengolahan 2023 sebesar 5,30-5,60 %(yoy) menjadi hanya 5,2% sampai triwulan 3 . Kontribusi PDB yang pada 2023 ditargetkan 20,60% tercapai hanya 18,74% pada triwulan tersebut.
“Sementara Pertumbuhan sektor industri pengolahan juga menurun dari target 2023 sebesar 11,18% menjadi -3,45 sampai Agustus 2023,” jelasnya.
Adapun pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas juga turun dari target 5,50 – 5,90% (yoy) menjadi hanya 5,02% sampai triwulan 3=. Sementara kontribusi PDB industri pengolahan nonmigas dari target 18,80% menjadi hanya 16,83% sampai triwulan 3.
“Jumlah tenaga kerja industri pengolahan juga menurun dari target 21,70 juta orang menjadi hanya 19,35 juta orang sampai Agustus 2023. Sementara kontribusi tenaga kerja di sektor industri terhadap total pekerja juga menurun dari target semula 15,50% menjadi hanya 13,83% sampai Agustus 2023,” paparnya.
Adapun, industri pengolahan merupakan sektor dengan peyerapan tenaga kerja terbesar ketiga setelah sektor pertanian, kehutanan, perikanan (total 39,45 juta jiwa ; 28,21%) dan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (26,55 juta jiwa ; 18,99%).
Dengan demikian, katanya, dapat disimpulkan, target yang ditujukan mendorong daya saing industri pengolahan secara umum, belum dapat tercapai hingga menjelang akhir tahun. Aliran investasi industri pengolahan, ujarnya, masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
“Perlu upaya dan strategi lebih baik untuk tumbuhnya sentra-sentra industi di luar Pulau Jawa. Dengan target capaian yang meningkat pada 2024, maka upaya yang dilakukan harus lebih baik untuk mendorong pertumbuhan dan kontribusi industri pengolahan,” pungkasnya.