Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada akhir 2023 ke level Rp15.399 per dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada Jumat (29/12/2023) tersebut menguat 0,12% atau 18,50 poin ke level Rp15.399 per dolar AS.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni Primanto Joewono menyampaikan bahwa penguatan nilai tukar rupiah pada penghujung 2023 tersebut dipicu oleh berbagai upaya stabilisasi dan mulai meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Hal ini utamanya dipengaruhi oleh suku bunga the Fed, bank sentral AS, yang diperkirakan telah mencapai puncaknya dan berpotensi turun pada tahun depan.
“Nilai tukar rupiah sangat kuat, bagus, di bawah Rp15.400 per dolar AS, dan tentunya ini karena beberapa kebijakan, karena meredanya ketidakpastian,” katanya dalam acara Economic Outlook IKA UNS, dikutip Sabtu (30/12/2023).
Apresiasi nilai tukar rupiah ini juga didukung oleh masuknya aliran portofolio asing, menariknya imbal hasil aset keuangan domestik, dan prospek ekonomi Indonesia yang tetap positif.
Baca Juga
Terkait kebijakan, Doni mengatakan bahwa BI ke depan akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas devisa hasil ekspor (DHE) SDA, sejalan dengan PP No. 36/2023.
BI pun, imbuhnya, akan tetap mewaspadai sejumlah risiko yang mungkin muncul dan memastikan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah.
Doni menambahkan, strategi operasi moneter promarket melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) akan dioptimalkan guna meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran masuk modal asing dari luar negeri.