Bisnis.com, JAKARTA - Industri perhotelan di Tanah Air belum sepenuhnya pulih dari pandemi Covid-19, meski dari sisi okupansi sudah dalam tren pemulihan.
Sekretaris Jenderal Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyampaikan, rata-rata tingkat okupansi hotel pada 2023 telah mencapai 50%. Kendati begitu, tak semua daerah mendapatkan okupansi hotel di atas 50% sehingga tak semua daerah mengalami pemulihan.
“Kita bedah lagi, ternyata paling banyak 9 provinsi yang memiliki okupansi di atas 50%. Artinya bahwa belum semua daerah itu sudah mengalami recovery,” kata Maulana Yusran, Rabu (20/12/2023).
Tingkat okupansi yang tak merata itu, dipicu oleh pergerakan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) yang juga belum merata.
Yusran menyebut, ada banyak hal yang membuat pergerakan wisatawan tidak merata diantaranya infrastruktur jalan, tiket pesawat yang mahal, hingga penyelenggaraan event di beberapa daerah.
Dia mencontohkan, pemerintah saat ini tengah berfokus pada pembangunan IKN. Dengan adanya sejumlah kegiatan di IKN, maka tingkat okupansi hotel di sekitar kawasan IKN menjadi cukup baik.
Baca Juga
Sedangkan, wilayah-wilayah yang tidak banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan, tingkat okupansi hotel cenderung minim.
Akibatnya, harga jual kamar terdampak. Yusran mencatat, harga jual kamar rata-rata merosot sekitar 25-30%.
“Kalau dikatakan pulih ya memang belum pulih. Hanya beberapa daerah yang mungkin sudah mendapatkan pemulihan industri bisnis,” ungkapnya.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Addin Maulana sebelumnya mengungkapkan, industri perhotelan masih belum pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Menurut data tiket.com, rata-rata harga kamar hotel turun cukup signifikan, yaitu sebesar 19% dibandingkan 2021.
“Tantangan dari industri penyedia jasa akomodasi adalah terjadinya penurunan rata-rata harga jual kamar yang cukup signifikan 19%,” kata Addin dalam webinar yang digelar tiket.com, Rabu (13/12/2023).