Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menegaskan megaproyek mereka bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah, Kalimantan Barat kembali dimasukan ke dalam proyek strategis nasional (PSN).
Proyek yang terbagi ke dalam fase I dan II itu menelan nilai investasi sekitar US$1,7 miliar. Rencanannya, masing-masing proyek bakal meningkatkan kapasitas produksi alumina perseroan ke level 1 juta ton setiap tahunnya, dengan estimasi bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun.
Adapun, pada fase II kapasitas produksi diperkirakan masih bisa naik ke level 2 juta ton alumina setiap tahunya, dengan kebutuhan bahan baku bauksit sekitar 6,6 juta ton.
“Alhamdullilah sudah masuk kembali sebagai PSN,” kata Direktur Utama Inalum Danny Praditya saat dikonfirmasi, Rabu (20/12/2023).
Danny berharap penetapan PSN pada proyek SGAR Mempawah itu dapat mempermudah penyelesaian proyek yang telah bertahun-tahun jalan di tempat akibat perselishan kontraktor.
“Sampai akhir tahun insyallah sudah bisa tercapai 80% kemajuan smelter [fase I], target commissioning di akhir semester I 2024,” kata dia.
Baca Juga
Sebelumnya, pemerintah mencabut proyek pengerjaan SGAR Mempawah dari daftar PSN lewat penerbitan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 9/2022 pada akhir Juli 2022.
Keputusan itu diambil lantaran proyek yang ditaksir menelan investasi US$1,7 miliar itu molor cukup lama akibat perselisihan yang terjadi dari pihak pemegang konsorsium EPC, yakni BUMN asal China, China Aluminium International Engineering Corporation Ltd. (Chalieco) sebesar 75 persen dan sisanya PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP).
Seperti diketahui, proyek strategis untuk pemurnian bijih bauksit itu dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) yang sahamnya mayoritas dimiliki Inalum sebanyak 60 persen dan sisanya PT Aneka Tambang Tbk. atau Antam dengan kepemilikan 40 persen.
Saat itu, PT BAI melaporkan potensi pendapatan yang hilang atau potential revenue loss dari mandeknya proyek SGAR Mempawah selama 16 bulan terakhir mencapai US$450 juta atau setara Rp6,37 triliun hingga September 2022.
“Sampai saat ini delayed-nya itu 16 bulan, kami hitung potential revenue loss-nya itu sekitar US$450 juta,” kata Direktur Teknik PT BAI Darwin Saleh Siregar saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (20/9/2022).
PT BAI mencatat setiap bulannya potensi pendapatan yang hilang dari molornya pengerjaan fasilitas pemurnian dan pengolahan bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat mencapai US$28 juta atau setara Rp419,16 miliar.
“Per bulan potential revenue loss-nya US$28 juta,” ujarnya.