Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) melaporkan setidaknya terdapat 9 pabrik olahan karet di wilayah Sumatra yang gulung tikar alias tutup lantaran kekurangan pasokan bahan olahan karet rakyat (Bokar).
Ketua Umum Dekarindo, Azis Pane, mengatakan pasokan bahan baku industri karet (crumb rubber) semakin minim dipengaruhi produktivitas petani karet yang semakin turun, bahkan mengalihkan lahannya ke komoditas lain.
"Di Sumatra Selatan, Riau, Sumatra Utara, Aceh, setahu saya ada 9 [pabrik tutup] sepanjang 2023. Ini akan tutup terus karena untuk apa pabrik crumb rubber tetapi tidak ada lagi Bokar nya," kata Azis kepada Bisnis, Selasa (19/12/2023).
Azis mengungkap suplai bahan baku karet saat ini telah mengalami penurunan hingga 20% dibandingkan pada 2022. Kinerja industri karet pun terus tergerus, kendati Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar di dunia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) dari industri karet, barang dari karet, dan plastik sebesar Rp15,85 triliun pada kuartal II/2023.
Adapun, nilai kontribusi karet terhadap PDB tersebut merosot 7,18% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) sebesar Rp16,6 triliun.
Baca Juga
Di samping itu, Azis meminta pemerintah segera turun tangan dan memberikan strategi nyata untuk memperbaiki harga karet alam yang rendah sehingga menjadi biang kerok melemahnya produktivitas petani karet.
"Pemerintah harus turun tangan untuk mmeperbaiki harga karet alam dengan menggunakan kekuatannya di Asean, karena di karet alam itu di Asean sekarang, Indonesia, Malaysia, Thailand harga itu tinggi," tuturnya.
Sementara itu, dia melihat Vietnam dan negara-negara di Afrika dan Amerika Latin telah memulai produksi karet dan menjual dengan harga yang murah.
Untuk melindungi industri karet dari hulu ke hilir, dia menilai pemerintah harus membantu dari segi penelitian dan pengembangan untuk menjadikan karet alam dimanfaatkan sebagai karet sintetis sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri ban yang selama ini masih mengandalkan impor.