Bisnis.com, JAKARTA- Minimnya ketersediaan bahan baku karet menghambat jalan ekspor turunan komoditas tersebut ke negara potensial, salah satunya India.
Berdasarkan data Badan Pusat Statisik (BPS) ekspor karet (HS 40) ke India tercatat senilai US$201,6 juta pada Oktober 2023. Nilai ekspor tersebut turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$217,6 juta.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya telah mengindentifikasi peluang ekspor untuk produk karet ke India dan sejumlah hambatan yang terjadi saat ini.
"Hambatan yang telah diidentifikasi salah satunya sumber pasokan bahan baku dalam negeri yang turun tiap tahun karena harga karet di pasar global yang rendah," kata Agus kepada Bisnis, dikutip Senin (18/12/2023).
Kondisi tersebut berdampak kepada petani yang disebut mulai enggan untuk menderes kebunnya. Bahkan, tak sedikit petani yang memilih konversi ke komoditas lain yang dinilai lebih menjanjikan.
Dalam hal ini, Kemenperin telah mendorong Kementerian/Lembaga (K/L) terkait untuk menggodok strategi meningkatkan aktivitas produksi bahan baku karet alam yang saat ini mengalami idle capacity atau kapasitas menganggur sebesar 3 juta ton.
Baca Juga
"Serta mendorong peningkatan produksi hilir karet didalam negeri yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dibandingkan produk intermediate," tuturnya.
Dikutip dari dataindonesia.id, produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) dari industri karet, barang dari karet, dan plastik sebesar Rp15,85 triliun pada kuartal II/2023.
Capaian kinerja industri karet merosot 7,18% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp16,6 triliun. Penurunan kinerja industri karet menjadi yang paling dalam dibandingkan subsektor industri pengolahan lainnya.
Kemenperin menilai hal tersebut tak lepas dari ekspor produk karet asal Indonesia yang menurun 29,32% menjadi US$1,52 miliar pada kuartal II/2023. Hal ini lantaran permintaan karet yang berkurang dan terancam digatikan oleh produsen karet asal Vietnam.