Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hilirisasi Nikel Jadi Obat Penangkal Deindustrialisasi

Hilirisasi dinilai telah mengubah tren kemunduran kinerja industri pengolahan atau manufaktur Indonesia yang menjadi sinyal deindustrialisasi selama ini.
Aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Bisnis/Arief Hermawan P
Aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Program hilirisasi industri yang terus digenjot pemerintah dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini dinilai mampu mendongkrak kembali kinerja industri manufaktur yang menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. 

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, hilirisasi telah mengubah tren kemunduran kinerja industri pengolahan atau manufaktur Indonesia yang menjadi sinyal deindustrialisasi selama ini. 

"Dalam 2 tahun terakhir sejak hilirisasi, sejak ada pengolahan bijih nikel menjadi turunan nikel oleh smelter ini mulai ada peningkatan kembali," kata Faisal kepada Bisnis, Senin (11/12/2023). 

Dalam catatannya, industri manufaktur telah mengalami kemunduran jika dibandingkan dengan 15 tahun lalu, dalam hal pertumbuhan kinerja industri dan kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB). 

Dalam periode tersebut, pertumbuhan industri manufaktur disebut mengalami perlambatan. Kontribusi manufaktur terhadap total PDB secara proporsi mengalami penurunan. 

"Dari yang 20 tahun lalu itu 29% sekarang di kisaran 20%, bahkan 18% jadi share-nya juga mengalami penurunan," ujarnya. 

Dalam catatan Bisnis, porsi kontribusi sektor industri pengolahan atau manufaktur terhadap PDB dinilai semakin melemah dari tahun ke tahun, bahkan posisinya kembali ke tahun 1991 pada masa sebelum reformasi. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, proporsi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia turun ke angka 18,25% pada kuartal II/2023. Adapun, penurunan mulai tercatat sejak 2002 yang merupakan rekor tertinggi sebesar 31,95%. 

"Jadi, paling tidak dari dua indikator tersebut bahwa memang industri manufaktur kita itu tumbuh lebih lambat dan perannya terhadap perekonomian sedikit demi sedikit mengecil," imbuhnya. 

Namun, dalam waktu 2 tahun terakhir, kata Faisal, kinerja industri manufaktur mulai kembali tumbuh positif didongkrak pertumbuhan realisasi investasi industri. 

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan capaian realisasi investasi hilirisasi dapat berkontribusi lebih dari 25% terhadap total target investasi Indonesia sebesar Rp1.400 triliun sepanjang 2023. 

Berdasarkan data BKPM, total nilai realisasi hilirisasi sepanjang Januari-September 2023 mencapai Rp266 triliun atau menyumbang 25,3% terhadap total realisasi investasi yang mencapai Rp1.053,1 triliun. 

"Jadi ini polanya sudah berubah tetapi masih tahap awal, jadi peningkatannya masih marjinal karena baru beberapa tahun," ungkapnya. 

Menurut Faisal, hilirisasi industri dapat menjadi game changer, meskipun efektivitasnya masih perlu ditingkatkan. Lebih lanjut, dia menilai perlunya perluasan sektor dan pendalaman pada produk-produk hilir dengan nilai tambah yang tinggi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper