Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Manufaktur RI Cemerlang Meski Ekonomi Global Tak Stabil

PMI Manufaktur Indonesia menguat ke level 51,7 atau meningkat 0,2 poin dari Oktober 2023 yang berada di posisi 51,5.
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis aktivitas industri manufakturdi Tanah Air semakin bergeliat di tengah kondisi tekanan ekonomi global yang belum stabil. 

Hal ini seiring dengan capaian Purchasing Manager’s Index atau Pmi Manufaktur Indonesia pada November 2023 berdasarkan laporan S&P Global. PMI Indonesia menguat ke level 51,7 atau meningkat 0,2 poin dari Oktober 2023 yang berada di posisi 51,5.

Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan level PMI Indonesia terus bertahan di fase ekspansi sepanjang 2023. Adapun, capaian positif PMI telah bertahan hingga 27 bulan berturut-turut.

"Hal ini juga menandakan bahwa tingkat kepercayaan diri dari para pelaku industri kita masih tinggi,” kata Agus, dikutip Minggu (3/12/2023). 

Kondisi ekspansi dipicu oleh produksi yang meningkat lantaran naiknya pesanan dan tenaga kerja. Pemenuhan permintaan baru meningkatkan aktivitas pembelian oleh perusahaan manufaktur. 

Perusahaan secara umum optimis bahwa output pada 12 bulan mendatang akan naik, di tengah harapan terhadap kondisi pasar yang menguat dan harga yang lebih stabil. 

Agus menjelaskan, PMI manufaktur RI terungkit karena adanya peningkatan produksi yang lebih cepat dibanding dua bulan sebelumnya. Kenaikan jumlah produksi juga turut menambah penyerapan tenaga kerja. 

Terlebih, aktivitas industri semakin bergeliat menyambut persiapan akhir tahun yang meliputi Natal dan Tahun Baru.

PMI manufaktur Indonesia pada November 2023 mampu melampaui PMI manufaktur ASEAN (50,0), serta negara-negara ASEAN seperti Thailand (47,6), Malaysia (47,9), Vietnam (47,3), dan Myanmar (48,1). 

Selain itu, juga lebih tinggi dibanding PMI China (50,7), Zona Eropa (43,8), Jerman (42,3), Jepang (48,3), Belanda (44,9), Korea Selatan (50,0), Taiwan (48,3), Inggris (46,7), dan Amerika Serikat (49,4).

Lebih lanjut, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan, menerangkan, data PMI November 2023 menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi.

“Pesanan baru yang akan datang untuk barang produksi Indonesia kembali naik pada November 2023. Hal ini didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan,” kata Pan.

Dia menilai dalam situasi ini, penting untuk mengamati tanda-tanda perlambatan, meski perusahaan manufaktur tampaknya optimistis bahwa kondisi akan membaik pada bulan-bulan mendatang.

Kabar baiknya, pertumbuhan output mengalami percepatan dengan sebagian ditopang oleh perbaikan pada jumlah tenaga kerja.

"Sementara tekanan harga semakin intensif, tingkat inflasi biaya input dan harga output masih belum melampaui rata-rata masing-masing,” pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper