Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut Indonesia memiliki kapasitas industri baterai kendaraan Listrik hingga 400 GWh (gigawatt hour).
Staf Khusus Menteri ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah, mengatakan kebutuhan bahan baku baterai secara global saat ini mencapai 2.400 GWh, sedangkan Indonesia mampu berkontribusi sekitar 400 GWh sampai lima tahun mendatang.
“Kita sudah memiliki sekitar kelebihan material untuk bahan baku baterai sudah 400 GWh. Nah itu sesuatu yang tidak dimiliki oleh negara lain,” kata Agus pada sela-sela pelepasan Tim Jelajah EV 2023 di kantor Bisnis Indonesia, Senin (4/12/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan saat ini Indonesia perlu menciptakan ekosistem material baterai yang lebih mengarah kepada hilirisasi. Dia pun menyebut industri prekursor dan sel baterai Indonesia perlu didorong khususnya untuk Baterai Ternary lithium-ion (NMC).
Di sisi lain, Indonesia dan Amerika Serikat sepakat untuk kerja sama memasok mineral kritis atau critical mineral agreement (CMA). Lewat kerja sama itu, turunan bijih nikel Indonesia bisa disalurkan untuk industri kendaraan listrik di Amerika Serikat.
Kerja sama ini diteken saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat melakukan kunjungan ke Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Baca Juga
Agus pun mengatakan dalam kerja sama tersebut Indonesia harus patuh kepada prinsip environmental social governance (ESG) guna menciptakan produk turunan yang ramah lingkungan dan sustainable.
Selain itu, dia menilai upaya untuk melakukan proses daur ulang baterai dari kendaraan listrik juga menjadi sesuatu yang penting dalam menciptakan ekosistem yang hijau.