Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PBB Minta Negara-Negara Maju di Dunia Kurangi Makan Daging!

PBB meminta negara-negara paling maju di dunia untuk membatasi nafsu makan mereka yang berlebihan terhadap daging.
Ilustrasi daging sapi/Freepik
Ilustrasi daging sapi/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara paling maju di dunia akan diminta untuk membatasi nafsu makan mereka yang berlebihan terhadap daging, sebagai bagian dari rencana komprehensif pertama untuk membawa industri pertanian pangan global selaras dengan perjanjian iklim paris.

Mengutip BloombergSenin (27/11/2023), peta jalan sistem pangan global menuju 1,5C diperkirakan akan dipublikasikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa (FAO) pada KTT COP28.

Menurut FAO, negara-negara yang mengonsumsi daging secara berlebihan disarankan untuk membatasi asupannya. Sementara, negara-negara berkembang yang kekurangan konsumsi daging sehingga menghadapi tantangan masalah gizi, diminta untuk meningkatkan peternakan mereka. 

“Jika kita tidak mengatasi masalah peternakan, kita tidak akan menyelesaikan perubahan iklim. Masalah utamanya adalah konsumsi berlebihan,” jelas pendiri Clim-Eat, Dhanush Dinesh, yang bekerja untuk mempercepat aksi iklim dalam sistem pangan. 

Untuk diketahui, dari sektor peternakan hingga pertanian, sistem pangan menyumbang sekitar sepertiga emisi gas rumah kaca global, dimana sebagian besar dari jejak tersebut terkait dengan peternakan, yakni sumber utama gas metana, penggundulan hutan dan hilangnya keanekaragaman hayati. 

Meskipun tidak mengikat, rencana FAO diharapkan dapat memberikan masukan bagi kebijakan dan keputusan investasi, serta memberikan dorongan pada transisi iklim industri makanan yang telah membuat komitmen sektor lain tertinggal.

Adapun, panduan pemerintah daging dimaksudkan untuk memberikan pesan yang jelas kepada pemerintah. Namun politisi di negara-negara kaya biasanya menghindari kebijakan yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku konsumen, terutama jika kebijakan tersebut melibatkan pengurangan konsumsi barang sehari-hari. 

“Peternakan merupakan hal yang sensitif secara politik , namun kita perlu menangani isu-isu sensitif untuk menyelesaikan masalah tersebut,” jelas Dinesh.

Menurut data FAO rata-rata orang Amerika mengonsumsi sekitar 127 kg daging per tahun, dibandingkan dengan Nigeria yang mengonsumsi sekitar 7 kg dan Republik Demokratik Kongo sebanyak 3 kg. 

Komisi Eat-Lancet merekomendasikan untuk mengonsumsi tidak lebih dari 15,7 kilogram daging per tahun.

Menurut FAO, rekomendasi lainnya mencakup permasalahan mengenai bagaimana petani beradaptasi terhadap cuaca yang semakin tidak menentu, sehingga mengatasi sumber utama emisi seperti limbah makanan dan kehilangan pasca panen, atau penggunaan pupuk. 

Nantinya, rencana tersebut akan diluncurkan dalam tiga bagian selama beberapa tahun ke depan, yang akhirnya akan mencakup rekomendasi spesifik untuk setiap negara. 

Menurut FAIRR Initiative, sebuah jaringan investor yang berfokus pada produksi hewan intensif, peta jalan ini memiliki potensi untuk menawarkan “arah perjalanan bersama” bagi perusahaan peternakan dan investornya, yang mencerminkan peran dokumen net zeo dari Badan Energi Internasional (IEA) untuk sektor energi. 

Kepala penjangkauan investor di FAIRR, Sofía Condés, menuturkan bahwa peta jalan ini diperlukan untuk memberikan kejelasan bagi perusahaan dan investor, sehingga mereka dapat merencanakan transisi. 

"Semakin lama perusahaan menunggu untuk bertindak, semakin drastis dan berpotensi mengganggu transisi,” terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper