Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target EBT 23% Meleset, IEEFA Soroti Masalah Pendanaan hingga Tarif PLN

Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, seperti pendanaan hingga perjanjian jual beli listrik dengan PLN.
Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tertutup kabut di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (15/1)./JIBI-Abdullah Azzam
Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tertutup kabut di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (15/1)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengidentifikasi melesetnya target bauran pembangkit energi baru terbarukan (EBT) pada 2025 disebabkan karena mundurnya tenggat operasi komersial atau commercial operation date (COD) yang terdapat dalam rencana penyediaan listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. 

Analis Energi IEEFA Putra Adhiguna mengatakan, beberapa persoalan ihwal kendala pendanaan, perjanjian jual beli listrik (PPA), dan teknis di lapangan menyebabkan rencana kapasitas terpasang pembangkit terbarukan mundur. 

“Daftar proyek yang tercantum dalam rencana RUPTL banyak tidak terealisasi sesuai harapan,” kata Putra saat dihubungi, Kamis (16/11/2023). 

Putra menambahkan, komposisi energi terbarukan yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 itu didominasi oleh pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). 

Menurut Putra, kedua jenis pembangkit ini sering mengalami kendala ihwal negosiasi PPA dengan PLN. Selain itu, dia menambahkan, kendala juga terjadi pada kompleksitas teknis dan non-teknis seperti sosial dan lingkungan. 

“Pemerintah dan PLN perlu mengakui dengan realisistis mana jadwal proyek yang benar-benar akan terealisasi dalam jangka pendek 18 bulan dan menengah, hal ini sebenarnya bisa diestimasi,” kata Putra. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan target bauran EBT 23% pada 2025 meleset. Sebagian besar COD pembangkit EBT diperkirakan baru bisa diesekusi 1 tahun setelahnya, selepas 2026.  

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, realisasi bauran EBT sepanjang paruh pertama 2023 baru mencapai 12,5% atau jauh dari target yang ditetapkan tahun ini di level 17,9%. Adapun, capaian paruh tahun itu tidak banyak bergeser dari torehan sepanjang 2022 dan 2021 masing-masing di level 12,3% dan 12,2%.  

“Tahun 2025 target penambahan EBT sebesar 5.544 megawatt [MW], proyeksinya hanya 1.524 MW, memang secara proyeksi dan realisasi sampai 2025 belum mencapai target,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi saat RDP dengan Komisi VII, Kamis (16/11/2023).  

Malahan, kata Yudo, proyeksi penambahan bauran EBT hingga akhir 2023 hanya mencapai 115 MW, dari target yang ditetapkan 2.029 MW. Adapun, realisasi bauran EBT per April 2023 baru mencapai 28,21 MW.  Yudo menuturkan, realisasi bauran EBT tahun ini sudah memperhitungkan kapasitas baru yang masuk dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata.  

Pembangkit hasil sindikasi tiga bank internasional, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale dan Standar Chatered itu memiliki kapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 MWp.  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper