Bisnis.com, JAKARTA- Prospek industri plastik dalam negeri disebut semakin cerah lantaran potensi besar untuk menjadi tulang punggu bagi industri pengolahan. Namun, optimalisasi industri tersebut masih perlu digenjot.
Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmansi Kemenperin, Saiful Bahri mengatakan berbagai industri pengolahan seperti makanan dan minuman, kosmetik, farmasi, elektronika, otomotif, kimia, pertanian, hingga pelumas membutuhkan plastik.
"Industri plastik merupakan industri yang perlu didorong pengembangannya dan memiliki potensi pasar yang sangat prospektif, serta menjadi tulang punggung bagi industri manufaktur," kata Saiful di JIEXPO, Rabu (15/11/2023).
Dalam catatannya, konsumsi produk plastik Indonesia per kapita pada 2022 mencapai 22,5 kilogram. Adapun, penggunaan plastik saat ini mendekati angka 10 juta ton per tahun.
Konsumsi dan penggunaan plastik di RI masih relatif lebih rendah dibandingkan negara Asean lainnya. Sementara, diproyeksikan konsumsinya terus bertambah 7% per tahun.
"Selain itu juga adanya industri Petrokimia dalam negeri, industri makanan dan minuman juga meningkat dari tahun ke tahun, serta prospek pasar Asean yang masih tinggi menjadi peluang industri plastik ini sangat besar," ungkapnya.
Baca Juga
Saiful menerangkan bahwa industri plastik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep sirkular ekonomi dalam pengelolaan sampah plastik nasional.
Dalam produksi industri plastik, dia meminta pelaku usaha industri tetap mencermati lingkungan di sekitar, agar industri plastik tidak menjadi sebuah polemik dalam upaya penanganan lingkungan.
"Kita harapkan industri plastik ini dalam pemerpaan sirkular ekonomi, sumber daya berupa plastik dapat termanfaatkan dalam lingkaran ekonomi dapat digunakan terus menerus yang akhirnya tidak mencemari lingkungan sekitar," tuturnya.
Sementara itu, Director of Business Development Indonesia Packaging Federation Ariana Susanti mengatakan industri plastik berperan besar dalam pengemasan yang diproyeksi memiliki pertumbuhan 4-6% hingga akhir 2023.
Terlebih, industri ini juga tumbuh didorong industri penggunanya, dalam hal ini industri makanan dan minuman yang menyerap kemasan terbesar.
"Diproyeksikan omzetnya itu mendekati Rp120 triliun, realitanya Rp116 triliun. Di sektor ini tumbuh karena perubahan gaya hidup adanya e-Commerce, gaya hidup sehat, keamanan pangan, termasuk sustainability, itu isu yang sangat kuat saat ini," ujarnya.
Di sisi lain, dia melihat segmentasi plastik gang terbesar yaitu rigid plastik dan flexible pckaging. Adapun, flexible tumbuh 45%.
"Flexible itu adalah multilayer yang terdiri dari lapisan-lapisan plastik, diikuti dengan paper dan carton 19%, dan rigid plastik, kaleng, gelas, dan kombinasi dari beberapa material lainnya," pungkasnya.