Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah Industri Plastik Tertekan, Siap-siap Harga Naik

Para pelaku industri plastik bakal menghadapi imbas kenaikan suku bunga sekaligus pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.
Ilustrasi produksi barang plastik/Istimewa
Ilustrasi produksi barang plastik/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplas) mengungkap potensi kenaikan harga jual barang berbahan plastik imbas pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) dan suku bunga yang tinggi. 

Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiono mengungkapkan dampak pelemahan nilai tukar rupiah dirasakan lantaran porsi impor bahan baku plastik sebesar 55%. Namun, dia tak memberikan kisaran kenaikan harga jual di pasaran.

"Otomatis kalau rupiahnya melemah, otomatis harga jual juga berubah karena itu [impor bahan baku] patokannya pakai dolar ya. Begitu dolar AS menguat, gak tunggu lama, hitungan hari saja pasti berubah harganya," kata Fajar kepada Bisnis, Selasa (7/11/2023). 

Dia menggambarkan harga bahan baku plastik yang berada dikisaran US$1.000 per ton. Dolar AS yang menguat ke level nyaris Rp16.000 akan memberikan dampak langsung pada harga produk jadi plastik. 

Selain rupiah yang melemah, Fajar juga menyoroti kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang kini di level 6% per Oktober 2023 yang akan berdampak pada bunga pinjaman yang melonjak. 

Dalam hal ini, pengusaha industri kimia hilir masih perlu menimbang dan memilih strategi antisipasi, mengingat setiap perusahaan memiliki karakter yang berbeda terkait dengan tingkat pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang. 

"Biasanya impact-nya sebulan kemudian, baru kami ambil strategi apakah kenaikan harga produk sesuai dengan kenaikan suku bunga atau masih bisa beberapa kita tahan," pungkasnya. 

Di sisi lain, kenaikan harga jual produk menjadi pertimbangan seiring dengan investasi dari sisi produksi. Pasalnya, tak sedikit industri plastik hilir yang melakukan pembaruan mesin yang dilakukan setiap 2 tahun sekali. 

Hal ini dilakukan untuk mengganti mesin yang lebih baru, sehingga lebih efisien dari sisi tenaga kerja maupun konsumsi energi. Tak hanya itu, ada penambahan aplikator mesin packaging untuk pesanan kemasan makanan dan minuman. 

"Dari sektor makanan dan minuman masih 50%-60% dari pangsa pasar plastik, ini mereka masih ada pertumbuhan 5% jadi 3 hal ini men-trigger pertumbuhan di plastik hilir masih cukup lumayan." tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper