Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) mengungkap kondisi pasar plastik dan barang plastik lainnya yang masih oversupply, sehingga kinerja impor masih menunjukkan perlambatan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode semester I/2023 menunjukkan nilai impor plastik dan barang dari plastik (HS 39) mencapai US$4,5 miliar. Capaian tersebut turun 20 persen dari tahun sebelumnya yakni US$5,7 miliar.
Secara bulanan (month-to-month/m-t-m), impor plastik pada Juni 2023 sebesar US$742,3 juta atau turun dari bulan sebelumnya sebesar US$929,1 juta.
Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiyono mengatakan penurunan impor plastik dan barang plastik telah terjadi sejak pascalebaran di mana stok masih tersisa hingga kondisi industri China yang masih tak menentuk.
"Kondisi pasar lagi kurang bagus sehabis lebaran kemarin, sehingga pasar masih stok barang sisa lebaran jadi masih agak lesu," kata Fajar kepada Bisnis, Minggu (20/8/2023)
Kondisi tersebut dinilai dapat memicu penurunan kapasitas produksi sehingga impor bahan baku dan barang jadi plastik pun menurun. Kemudian, dia menyoroti industri permintaan manufaktur China yang masih tak menentu.
Baca Juga
Hal ini menjadi kekhawatiran para industriawan dalam negeri, termasuk industri plastik yang menahan impor bahan baku karena kapasitas produksi yang terhambat imbas permintaan pasar yang belum pulih.
"Kemudian, pada Mei sampai Juli itu anak sekolah semua konsumsinya turun lumayan signifikan. Nanti, Agustus ini sudah mulai ada tanda tanda lumayan bagus karena musim yang anak sekolah masuk," ujarnya.
Di sisi lain, potensi pertumbuhan pasar barang plastik juga masih terpacu oleh industri food and beverage (FnB) yang pada musim kemarau ini semakin meningkat permintaannya.
Diberitakan Bisnis sebelumnya, penurunan impor plastik telah terjadi sejak April 2023 lalu. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut penurunan terjadi menyusul anjloknya permintaan domestik sehabis Lebaran Idulfitri.
Mengutip data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang diperoleh Bisnis, penurunan dialami oleh 2 komoditas bahan baku. Pertama, barang dari plastik yang mengalami penurunan sebesar 32,7 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dengan nilai impor US$200,67 juta.
Kedua, resin sintetis (bahan baku barang dari plastik, termasuk untuk komponen bodi mobil) mengalami penurunan sebesar 39,94 persen mtm dengan impor US$362,84 juta.
Dari data Kemenperin, terdapat 6 produk plastik yang tercatat mengalami penurunan nilai impor secara bulanan pada April lalu, yaitu plastik lembaran 34,43 persen, plastik kemasan 25,79 persen, plastik bangunan 25,33 persen.
Kemudian, plastik untuk perlengkapan dan peralatan rumah tangga (kecuali furnitur) 25,33 persen, pipa plastik dan perlengkapannya 79,3 persen, serta platik lainnya sebesar 36,15 persen.