Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja impor industri plastik merosot secara tahunan yang turut memicu utilitas industri plastik dalam negeri ikut melemah di bawah 80 persen.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan pihaknya masih optimistis dapat menjaga daya serap pasar dengan target mencapai 85 persen pada akhir tahun 2023.
"Sekarang kan rata-rata utilitas di bawah 80 persen, mudah-mudahan di Agustus sudah mulai agak lumayan mendekati 80 persen. Di September sampai akhir tahun bisa di atas 80 persen minimal 85 persen," kata Fajar kepada Bisnis, dikutip Senin (21/8/2023).
Optimisme tersebut datang dari kondisi industri plastik domestik yang dinilai tidak begitu berpolemik. Adanya penurunan impor disebut karena kondisi pasar plastik dan barang plastik lainnya yang masih oversupply sejak pascalebaran.
Dari sisi bahan baku hingga kondisi utilitas masih terbilang normal dan tidak ada jadwal maintenance harden yang perlu dilakukan sampai akhir tahun ini. Fajar menilai industri hanya perlu memperbaiki demand yang masih lemah.
"Kondisi pasar lagi kurang bagus sehabis lebaran kemarin, sehingga pasar masih stok barang sisa lebaran jadi masih agak lesu," ujarnya.
Baca Juga
Kondisi tersebut dinilai dapat memicu penurunan kapasitas produksi sehingga impor bahan baku dan barang jadi plastik pun menurun. Kemudian, dia menyoroti industri permintaan manufaktur China yang masih tak menentu.
Hal ini menjadi kekhawatiran para industriawan dalam negeri, termasuk industri plastik yang menahan impor bahan baku karena kapasitas produksi yang terhambat imbas permintaan pasar yang belum pulih.
"Kemudian, pada Mei sampai Juli itu [biaya] anak sekolah semua konsumsinya turun lumayan signifikan. Nanti, Agustus ini sudah mulai ada tanda tanda lumayan bagus karena musim yang anak sekolah masuk," ujarnya.
Lebih lanjut, potensi pertumbuhan pasar barang plastik juga masih terpacu oleh industri food and beverage (FnB) yang pada musim kemarau ini semakin meningkat permintaannya.