Bisnis.com, JAKARTA - Melemahnya pertumbuhan industri China dapat berimbas pada banjir impor bahan baku dan barang jadi plastik di Indonesia. Ancaman membludaknya impor dari China menjadi kekhawatiran para pelaku industri terkait.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan kinerja China yang melemah dapat memicu pengalihan pasar ke Indonesia, sehingga mengganggu ketahanan industri dalam negeri.
"Iya itu akan banjir impor kesini, karena dia [China] tidak bisa dan lagi sulit untuk jual dalam negeri," kata Fajar kepada Bisnis, Rabu (30/8/2023).
Berdasarkan catatan Inaplas, volume impor barang jadi plastik sepanjang tahun 2022 yakni sekitar 950.000 ton dengan nilai impor di atas US$2,2 miliar.
Jika industri China masih akan terperosok di sisa tahun ini, maka akan ada potensi kerugian dalam industri dalam negeri. Apalagi, jika pemerintah tidak memberikan pengamanan tegas untuk menekan laju impor.
"Ini nanti pasti akan banjir lagi, naik lagi [impor] bisa di atas 1 juta ton kalau tidak ada pengamanan, nilainya nya bisa di atas US$2,5 miliar," ujarnya.
Baca Juga
Ekonom Senior Core Indonesia Ina Primiana mengatakan kontraksi industri China dapat menghantam kinerja manufaktur dalam negeri.
Pada situasi genting ini, Ina melihat stimulus yang dapat mempertahankan industri domestik yakni dengan optimalisasi pemanfaatan bahan baku dan bahan penolong dalam negeri.
Tak hanya itu, penguatan pasar domestik juga menjadi solusi. Hal ini perlu dilakukan juga guna menghindari banjir impor dari China yang dapat terjadi akibat melemahnya permintaan industri di negeri tirai bambu itu.
"Namun perlu dipikirkan terkait dengan biaya logistik yang mempengaruhi terhadap harga," jelasnya, dihubungi terpisah.
Lebih lanjut, Ina menegaskan bahwa diperlukan kebijakan-kebijakan disisi hulu, serta pemberian insentif untuk menekan biaya ekonomi tinggi yang nantinya akan berdampak pada peningkatan biaya logistik hingga harga jual.