Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramai Seruan Boikot Produk, Berapa Besar Kerugian Israel?

Al Jazeera dalam laporannya pada 2018 menyebut, gerakan BDS berpotensi merugikan Israel. Berapa kerugiannya?
Warga Palestina membakar bendera Israel dan Amerika Serikat dalam sebuah demonstrasi terhadap niat Amerika Serikat memindahkan kedubes mereka ke Yerusalem dan mengenali Yerusalem sebagai ibukota Israel, di Kota Gaza, Rabu (6/12/2017). /Reuters
Warga Palestina membakar bendera Israel dan Amerika Serikat dalam sebuah demonstrasi terhadap niat Amerika Serikat memindahkan kedubes mereka ke Yerusalem dan mengenali Yerusalem sebagai ibukota Israel, di Kota Gaza, Rabu (6/12/2017). /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Serangan brutal yang dilakukan Israel terhadap Palestina telah mendorong banyak negara untuk memboikot, melakukan divestasi, dan memberikan sanksi kepada Israel atau yang disebut BDS.

Aksi tersebut dilakukan untuk mendorong gencatan senjata dan membantu warga Palestina menghadapi invasi darat di Jalur Gaza yang padat penduduk.

Meski belum jelas seberapa besar dampak gerakan protes non-kekerasan global ini terhadap perekonomian Israel. Namun, laporan Vox baru-baru ini mengungkapkan, lembaga kebijakan global Rand Corporation pada 2015 memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Israel akan kehilangan sekitar US$15 miliar karena pelanggaran hak asasi manusia di Palestina, termasuk BDS.

“Namun angka tersebut masih merupakan sebagian kecil dari PDB Israel saat ini yang berjumlah lebih dari US$500 miliar,” bunyi laporan tersebut, melansir Vox, Selasa (14/11/2023). 

Sementara itu, Al Jazeera dalam laporannya pada 2018 menyebut, gerakan BDS berpotensi merugikan Israel hingga US$11,5 miliar per tahun.

Hal tersebut berdasarkan laporan pemerintah Israel pada 2013 yang telah disunting sebagian. Dalam laporan itu, pemerintah memperhitungkan skenario paling ekstrem berupa boikot besar-besaran oleh Uni Eropa terhadap produk Israel dan penghentian investasi. 

Sementara itu, Brooking Institution yang berbasis di Washington menyebut, aksi boikot produk Israel tak berdampak besar terhadap ekonomi Israel. Sebab, 40% ekspor Israel merupakan barang ‘intermediate’ atau produk yang digunakan dalam proses produksi barang di tempat lain seperti semikonduktor.

“Sekitar 50% ekspor Israel adalah barang-barang yang tidak dapat digantikan, seperti chip komputer khusus,” ujar Brooking Institution, melansir Al Jazeera, Selasa (14/11/2023).

Kendati demikian Bank Dunia justru menunjukkan data berbeda. Dalam laporannya, ekspor Israel dari 2014-2016 turun tajam, dan kerugian yang tercatat sekitar US$6 miliar.

Pada periode yang sama, investasi asing dilaporkan meningkat menjadi sekitar US$12 miliar setelah turun menjadi US$6 miliar setelah serangan di Gaza pada 2014, yang menewaskan 1.462 warga sipil.

Untuk diketahui, sebagian masyarakat di dunia membokiot produk yang dianggap pro Israel seperti Unilever, Nestle, McDonalds, Starbucks, Coca Cola, Burger King, PizzaHut, Pepsi, hingga produk kosmetik seperti L'Oréal, Revlon, Estée Lauder, dan beberapa produk lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper