Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moody's Pangkas Peringkat Kredit AS Jadi Negatif, Anak Buah Joe Biden Geram

Moody's memangkas peringkat kredit AS dengan alasan defisit fiskal yang besar dan penurunan keterjangkauan utang.
Monitor menampilkan nama Moodys Corp./ Bloomberg - Michael Nagle
Monitor menampilkan nama Moodys Corp./ Bloomberg - Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Moody's Investor Service menurunkan prospek peringkat kredit Amerika Serikat (AS) menjadi "negatif" dari "stabil" pada Jumat, (10/11/2023). 

Melansir dari Reuters, Sabtu (11/11/2023), hal tersebut dengan alasan defisit fiskal yang besar dan penurunan keterjangkauan utang, sebuah langkah yang langsung menuai kecaman dari pemerintahan Presiden Joe Biden.

Langkah ini mengikuti penurunan peringkat negara oleh lembaga pemeringkat lain, Fitch, tahun ini, yang terjadi setelah berbulan-bulan pertikaian politik di sekitar plafon utang AS.

Pasalnya, Moody's menjadi lembaga terakhir dari tiga lembaga pemeringkat utama yang mempertahankan peringkat teratas untuk pemerintah AS. Fitch mengubah peringkatnya dari triple-A menjadi AA+ di bulan Agustus, bergabung dengan S&P yang telah memiliki peringkat AA+ sejak tahun 2011.

Meskipun Fitch mengubah pandangannya, mengindikasikan penurunan peringkat mungkin terjadi dalam jangka menengah, Moody's menegaskan peringkat penerbit jangka panjang dan peringkat senior tanpa jaminan di 'Aaa' dengan mengutip kekuatan kredit dan ekonomi AS.

Segera setelah rilis Moody's, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa perubahan ini adalah konsekuensi lain dari ekstremisme dan disfungsi kongres Partai Republik.

"Meskipun pernyataan Moody's mempertahankan peringkat AAA AS, kami tidak setuju dengan perubahan ke prospek negatif. Ekonomi Amerika tetap kuat, dan sekuritas Treasury adalah aset yang paling aman dan likuid di dunia," kata Wakil Menteri Keuangan Wally Adeyemo dalam sebuah pernyataan.

Adeyemo mengatakan bahwa pemerintahan Biden telah menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan fiskal.

Hal itu termasuk melalui langkah-langkah pengurangan defisit sebesar lebih dari $1 triliun yang termasuk dalam kesepakatan yang dicapai dengan Kongres pada bulan Juni untuk meningkatkan batas utang AS, dan proposal Biden untuk mengurangi defisit sebesar hampir $2,5 triliun dalam satu dekade mendatang.

Imbal hasil obligasi telah melonjak tahun ini karena ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan kebijakan moneter yang ketat, serta karena kekhawatiran fiskal yang berfokus pada AS.

Sementara itu, kondisi belanja federal dan polarisasi politik telah menjadi perhatian para investor, berdampak pada aksi jual yang membawa harga obligasi pemerintah AS ke level terendah dalam 16 tahun terakhir.

Kepala ekonom AS di Natixis Christopher Hodge menyampaikan bahwa sulit untuk tidak setuju dengan alasan ini, dan dengan tidak adanya ekspektasi yang masuk akal untuk konsolidasi fiskal dalam waktu dekat. 

"Defisit akan tetap besar [meskipun tidak meluas] dan karena biaya bunga mengambil bagian yang lebih besar dari anggaran, beban utang akan terus bertambah," kata Hodge. 

Lembaga pemeringkat tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "polarisasi politik yang terus berlanjut" di Kongres meningkatkan risiko bahwa para anggota parlemen tidak akan dapat mencapai konsensus mengenai rencana fiskal untuk memperlambat penurunan keterjangkauan utang.

Terlebih, langkah Moody's ini juga akan meningkatkan tekanan pada kongres Partai Republik untuk memajukan legislasi pendanaan guna mencegah penutupan sebagian pemerintahan.

Untuk itu, Partai Republik yang menguasai Dewan Perwakilan Rakyat AS diperkirakan akan merilis sebuah langkah pengeluaran sementara pada hari Sabtu yang bertujuan untuk mencegah penutupan sebagian pemerintah dengan menjaga agar lembaga-lembaga federal tetap buka ketika pendanaan saat ini berakhir pada Jumat mendatang.

Lebih lanjut, Moody’s menilai kenaikan tajam imbal hasil Treasury telah meningkatkan tekanan yang sudah ada sebelumnya terhadap keterjangkauan utang AS. Imbal hasil telah membalikkan beberapa kenaikan dalam beberapa minggu terakhir.

Meski penurunan peringkat Moody's dapat memperburuk masalah fiskal, para investor mengatakan bahwa mereka skeptis bahwa hal ini akan berdampak material pada pasar obligasi AS, yang dipandang sebagai tempat yang aman karena kedalaman dan likuiditasnya.

"Ini adalah pengingat bahwa waktu terus berjalan dan pasar bergerak semakin dekat dan semakin dekat untuk memahami bahwa kita dapat masuk ke periode drama lain yang pada akhirnya dapat menyebabkan penutupan pemerintah," kata Quincy Krosby, kepala strategi global di LPL Financial.

Menariknya,, keputusan Moody's juga muncul ketika Biden, yang berusaha untuk terpilih kembali pada  2024, telah melihat dukungannya turun tajam dalam polling. 

Polling New York Times/Siena yang dirilis pada hari Minggu menunjukkan bahwa Biden tertinggal dari mantan Presiden Donald Trump, kandidat utama dari Partai Republik, di lima dari enam negara bagian yang menjadi medan pertarungan: Nevada, Georgia, Arizona, Michigan, dan Pennsylvania. Biden unggul atas Trump di Wisconsin. 

Hasil di enam negara bagian tersebut akan membantu menentukan siapa yang akan memenangkan pemilihan presiden.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper