Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) memiliki usulan rencana besar untuk mengakuisisi perusahaan tambang logam di Amerika Latin atau Australia guna mengamankan pasokan bahan baku baja nasional.
Plh. Ketua Umum Kadin Indonesia Yukki N Hanafi mengatakan, dua negara tersebut merupakan pemasok terbesar bahan baku baja di pasar global. Untuk mendorong kemandirian nasional, menurut Yukki, langkah akuisisi cukup potensial.
"Kita juga punya ide untuk kita masukkan di dalam satu tema itu, bagaimana kalau perlu, kita akusisi lah, ide besarnya gitu ya, supply material di luar yang tadi itu misalnya di Amerika Latin, kalau gotong royong itu seharusnya bisa," kata Yukki, Senin (6/11/2023).
Hal ini mengingat kondisi rantai pasok bahan baku baja saat ini cukup terkendala akibat perang Rusia-Ukraina. Yukki menuturkan, kolaborasi pelaku usaha industri baja nasional, baik itu BUMN maupun swasta, dan dukungan pemerintah terkait pembiayaan melalui lembaga keuangan.
Dalam hal ini, dia memastikan bahwa ide tersebut dapat dikembangan bersama-sama melalui ajang IISIA Business Forum 2023 yang akan dihadiri stakeholder di industri baja pada 9-11 November 2023 di ICE BSD, Tangerang.
"Karena ini kan industri baja bukan bicara 1 tahun, bukan bicara 2 tahun, tetapi industri baja bicara 20-30 tahun ke depan," tuturnya.
Baca Juga
Menanggapi hal tersebut, Chaiman IISIA yang juga merupakan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Purwono Widodo mendukung dan melihat potensi besar dari rencana tersebut untuk mewujudkan kemandirian industri baja nasional.
"Yang menarik dari Pak Yukki tadi, kalau misalnya ada akuisisi tambang, jadi pengusaha tambang yang selama ini sudah kenyang dengan untung di batu bara dan ada uang nganggur, bagaimana kalau kita beli saham yang di Australia, di Chili, ini supaya bisa jadi bahan baku di Indonesia jadi lebih murah," ungkapnya.
Menurut Purwono, selama ini Indonesia masih dimanjakan oleh impor bahan baku baja dari pasar internasional sehingga utilitas produksi belum terungkit. Adapun, utilitas produksi baja diketahui masih rendah yakni 54%.
Sementara itu, perkembangan industri baja nasional diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. IISIA memproyeksikan bahwa kebutuhan baja nasional pada tahun 2045 diperkirakan sebesar 100 juta ton dengan nilai investasi mencapai US$100 miliar.