Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah mengalami penguatan pasca Federal Reserve atau The Fed mengumumkan kebijakan ditahannya suku bunga pada awal November 2023.
“Pasca pernyataan The Fed, rupiah menguat alhamdulillah,” katanya dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (3/11/2023).
Perry mengatakan penguatan rupiah tersebut juga didukung oleh koordinasi yang kuat, baik dari sisi fiskal maupun moneter. Selanjutnya, langkah penguatan stabilitas nilai tukar rupiah akan terus diperkuat.
Menurutnya, suku bunga The Fed diperkirakan masih akan meningkat dengan probabilitas sebesar 40% pada Desember 2023.
Meski demikian, dia menilai kenaikan pada Desember 2023 akan menjadi kenaikan yang terakhir, dikarenakan peningkatan tingkat imbal hasil US Treasury juga diperkirakan dapat mengerem permintaan agregat sehingga inflasi diperkirakan dapat terkendali.
Bisnis mencatat, nilai tukar rupiah pada Kamis (2/11/2023) mengalami penguatan usai keputusan The Fed yang kembali menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada pertemuan FOMC awal November 2023.
Baca Juga
Berdasarkan data Bloomberg dikutip Jumat, (3/11/2023) pukul 09.03 WIB, rupiah dibuka menguat 0,15% atau 23,5 poin ke level Rp15.831 per dolar AS, setelah ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau terkoreksi 0,05% ke posisi 106,17 pada pagi ini.
Sejumlah mata uang Asia yang masih perkasa terhadap dolar AS misalnya, yen Jepang dan dolar Hongkong masing-masing menguat 0,01%, dolar Singapura menguat 0,05%, dolar Taiwan menguat 0,09% dan won Korea melejit 0,92%. Selanjutnya, peso Filipina menguat 0,12%, rupee India naik 0,05%, ringgit Malaysia naik 0,04%, dan baht Thailand menguat 0,23%. Terpantau hanya yuan China yang melemah 0,06% terhadap dolar AS pagi ini.