Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Efek Pelemahan Rupiah Terhadap Inflasi Menurut BPS

BPS menilai efek pelemahan rupiah dapat terlihat dari komoditas yang memiliki komponen impor.
Potret uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Potret uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa kondisi nilai tukar rupiah yang tengah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak serta merta memberikan dampak langsung pada inflasi

“Efek melemahnya nilai tukar rupiah bisa cepat, namun juga bisa melambat,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam Rilis Berita Resmi Statistik, Rabu (1/11/2023). 

Secara umum, inflasi pada Oktober tercatat sebesar 0,17% secara bulanan atau month-to-month (mtm) dan 2,56% secara tahunan (year-on-year/yoy). BPS mencatat inflasi secara tahunan meningkat dari September 2023 di angka 2,28%, sementara inflasi bulanan turun dari 0,19% pada bulan yang sama. 

Pudji menyampaikan, bahwa efek dari pelemahan rupiah tersebut dapat terlihat pada komoditas yang mengandung komponen impor, seperti hasil dari industri pengolahan maupun kinerja inflasi inti. 

Mengacu data BPS, kinerja inflasi inti pada Oktober 2023 tercatat sebesar 0,08% (mtm) dengan andil 0,05%. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah emas perhiasan.

Adapun, inflasi komponen inti tersebut tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya di level 0,12%, meski rupiah melemah semakin menuju level Rp16.000 per dolar AS.

Sementara dari sisi Inflasi Harga Perdagangan Besar (IHPB) yang tercatat sebesar 0,22% (mtm), di mana Pudji menyampaikan bahwa sektor industri yang terpengaruh terhadap pelemahan rupiah, tercatat mengalami inflasi sebesar 0,21% (mtm) dengan andil 0,17%.

“Komoditas yang mengandung komponen impor adalah biasanya komoditas hasil industri pengolahan. Biasanya kami menggunakan indiaktor inflasi inti pada Oktober yang mengalami inflasi 0,08% mtm atau indikator inflasi IHPB di sektor industri sebesar 0,17% mtm,” jelas Pudji. 

Adapun, Mengutip data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka melemah 0,30% ke Rp15.931,5 per dolar AS. 

Adapun indeks dolar AS menguat 0,08% ke 106,75. Bersamaan dengan rupiah, dolar Taiwan turun 0,56%, dolar Hong Kong turun 0,01%, dolar Singapura turun 0,06%, dan won Korea Selatan turun 0,56%. 

Lalu, peso Filipina turun 0,09%, yuan China turun 0,02%, ringgit Malaysia turun 0,19%, dan baht Thailand turun 0,33%. Sementara itu, yen Jepang menjadi satu-satunya mata uang di kawasan Asia yang dibuka menguat, yakni naik 0,24%.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah preventif untuk menjaga nilai tukar dengan mengerek suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverese Repo Rate (BI-7DRR) dari 5,75% menjadi 6% pada 19 Oktober lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper