Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong keterlibatan perusahaan setrum raksasa asal China, State Grid Corporation of China (SGCC) untuk membantu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN terkait dengan pembangunan jaringan listrik atau grid lintas pulau.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, keikutsertaan SGCC diharapkan dapat membantu PLN untuk merealisasikan rencana investasi pada pembangunan grid yang masih belum tersambung dengan baik antara titik sumber listrik dengan potensi konsumen.
“Kami tadi akan dorong supaya ini bisa jalan, bagaimana caranya kita bangun transmisi khususnya listrik supaya bisa sebaik mungkin, kan banyak yang belum nyambung nih,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (26/10/2023).
Adapun, PLN menyebut bahwa jaringan listrik dengan panjang kurang lebih 23,648 kilometer mesti terbangun untuk mendukung investasi baru pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) sebesar 62 gigawatt (GW) sampai 2040 mendatang.
Hitung-hitungan itu berasal dari studi yang dibuat PLN lewat skenario accelerated renewable energy with coal phase down atau ACCEL sepanjang ruas Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara untuk evakuasi ke Jawa, sebagai pusat permintaan listrik.
Kebutuhan investasi grid itu diperkirakan mencapai US$31 miliar setara dengan Rp480,8 triliun (asumsi kurs Rp15.510 per dolar AS). Adapun, PLN berencana menambah porsi EBT 62 GW dalam revisi rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) yang baru.
Baca Juga
Arifin menuturkan, kementeriannya saat ini mendorong kerja sama pada potensi pengembangan grid di ruas Sumatra dengan potensi cadangan EBT yang terbilang besar, serta tengah memperhatikan potensi peningkatan konsumsi di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan sejumlah investasi smelter di Sulawesi.
“Contohnya, di Sumatra transmisi high voltage direct current 500 kilovolt (kV)-nya kan cuma sampai di Sumatra Selatan, Palembang sambungin dong sampai ke Medan, sepanjang itu kan banyak sumber EBT, air, solar dan geothermal bisa masuk,” kata Arifin.
Hal yang sama, kata Arifin, juga dialami jaringan kelistrikan di Sulawesi. Menurut dia, jaringan listrik di sisi utara dan selatan belum terhubung dengan baik yang membuat potensi EBT tidak termanfaatkan saat ini.
“Dari selatan ke utara itu tidak nyambung, [rencana jaringan] itu masuk dalam RUPTL walaupun 500 kV kita harapkan itu 2025 harusnya bisa nyambung karena di utara sudah bakar diesel,” kata dia.
Sebelumnya, EVP of Energy Transition and Sustainability PLN Kamia Handayani mengatakan, pembangunan jaringan untuk evakuasi listrik pembangkit EBT itu mesti mendapatkan pinjaman atau pembiayaan murah.
Dia beralasan pembangunan grid tidak memiliki tingkat pengembalian investasi yang menarik.
“Membutuhkan pendanaan yang sangat murah karena kan transmisi itu bangunnya lama secara komersial kurang menarik jadi butuh pendanaan yang sangat murah untuk bisa berhasil dan dukungan perizinan agar cepat,” kata Kamia kepada Bisnis.
Melansir rencana kerja PLN, jaringan listrik Sumatra-Jawa direncanakan dapat beroperasi pada 2029 mendatang, dengan investasi sekitar US$6,5 miliar.
Selanjutnya, jaringan listrik Kalimantan-Jawa ditargetkan dapat beroperasi pada 2036, dengan kebutuhan investasi sebesar US$11,3 miliar. Sementara itu, jaringan listrik Sulawesi ditargetkan beroperasi pada 2026, dengan nilai investasi US$2,4 miliar.
Di sisi lain, jaringan listrik yang menghubungkan Sumba, Bali ke Jawa diharapkan rampung sebelum 2040. Evakuasi listrik yang menghubungkan Jawa dari Sumba itu diperkirakan bakal menelan investasi baru sekitar US$4,2 miliar.
“Iya itu [proposal grid] masuk dalam bagian Just Energy Transition Partnership [JETP] juga,” kata dia.