Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata akan menambah pencapain bauran Energi Baru dan Terbarukan atau EBT. PLTS itu akan beroperasi pada akhir Oktober ini.
Proyek raksasa PLTS Terapung Cirata, berkapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 megawatt peak (MWp) dipastikan segera beroperasi komersial akhir bulan ini.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi menyebut bahwa dengan beroperasinya PLTS Cirata nantinya dapat menambah bauran EBT di Indonesia naik sedikit demi sedikit.
Saat ini, Yudo mengatakan bahwa untuk bauran EBT sampai dengan saat ini sudah berada pada angka 12,3 persen dari target pada 2025 sebesar 23 persen.
“Ya dengan 145 megawaat ya mungkin [bertambah) 0 koma sekian persen,” kata Yudo di Raffles Hotel, Rabu, (11/10/2023).
Lebih lanjut, dia menyebutkan dengan beroperasinya PLTS Terapung Cirata akan menjadi tonggak awal atau milestone terbuka ladang investasi pada sektor tenaga surya.
Baca Juga
“Kita lihat sebulan lagi kan akan diresmikan Insya Allah PLTS Terapung Cirata, 145 megawatt nanti lihat deh kita akan buktikan itu kan etalase luar biasa. Kalau menurut saya itu akan jadi milestone yang luar biasa,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya,PLTS Terapung Cirata dipastikan segera beroperasi komersial akhir bulan ini.
Kepastian itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat menghadiri rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo atau Jokowi ihwal evaluasi proyek strategis nasional (PSN) di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (5/10/2023).
“Tadi bahas Tangguh 3 LNG, akhir November sudah produksi, kemudian juga PLTS Terapung Cirata akhir bulan ini selesai,” kata Arifin selepas Ratas.
PLTS terapung yang diangggap terbesar di kawasan Asia Tenggara itu menelan investasi senilai Rp1,7 triliun. Proyek ini mendapat kucuran pembiayaan sindikasi tiga bank internasional, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale, dan Standar Chatered dengan nilai sekitar US$140 juta atau setara dengan Rp2,13 triliun (asumsi kurs Rp15.255 per dolar AS).
Rencananya, PLTS terapung itu bakal mengalirkan listrik sekitar 245 juta kilowatt hour (kWh) setiap tahunnya. Adapun, tarif listrik yang dipatok dari pembangkit surya ini cukup kompetitif dengan harga US$5,8 sen per kWh.